Memburu Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Tidak bisa dipungkiri, Ramadan identik dengan bulan religius. Mayoritas muslim di belahan dunia manapun menghabiskan kurang lebih satu bulan untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Mulai dari berpuasa, salat tarawih, salat lima waktu, membaca Alquran, dan berbagai macam ibadah lainnya yang dilakukan demi mendapat puncak yaitu takwa kepada Allah SWT. Itulah keistimewaan bulan Ramadan.

Menata Hati Sambut Bulan Suci

Akan tetapi, salah satu malam yang istimewa di bulan Ramadan yang kebanyakan orang memburunya adalah Lailatul Qadar. Lailatul Qadar adalah satu malam yang sangat penting, yang hanya bisa kita jumpai setahun sekali. Malam itu menurut para ulama lebih baik dari seribu bulan. Artinya, setiap amalan yang dilakukan pada malam ini lebih dahsyat dari malam-malam biasanya.

Seperti apa malam Lailatul Qadar itu? Umat Islam sejak masa pertama selalu mengadakan berbagai kegiatan untuk menghadapi Lailatul Qadar. Lailatul Qadar ini telah disebutkan di dalam Alquran yaitu dalam Surah Al-Qadr. Dan disebutkan pula dalam beberapa hadis. Hadis-hadis itu menganjurkan untuk menghidupkan Lailatul Qadar dengan menjanjikan pahala bagi mereka yang melaksanakannya.

Pergilah Dinda Cintaku

Kebanyakan orang mengira bahwa tradisi kita dalam menyongsong Lailatul Qadar yang berupa ceramah dan memberikan kue-kue ke masjid merupakan realisasi dari anjuran Rasulullah SAW. Seperti yang disabdakan oleh Beliau, “Barang siapa yang berdiri (salat) untuk menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh rasa iman dan mengharapkan keridaan Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat”.

Sedangkan, kami mempunyai keyakinan bahwa yang diartikan dengan menghidupkan Lailatul Qadar itu adalah penyerahan seorang muslim pada malam itu kepada Allah, dan keikhlasannya dalam berdoa, zikir dan beribadah. Dalam hal ini hadis yang dibawa oleh Aisyah R.A, “Rasul bila Ramadan sudah melewati tanggal dua puluh selalu menghidupkan malam itu, dan membangunkan keluarga beliau, dan giat beribadah”.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Hadis ini memberi arti akan kegiatan beliau adalah beribadah. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh kebanyakan orang sekarang ini lebih dekat kepada main-main daripada kesungguhan yang dicontohkan Rasul. Para ulama dalam hal ini berselisih paham tentang Lailatul Qadar. Baik tentang maksudnya, hakikatnya, dan apa yang terjadi di malam itu.

Perbedaan pendapat di kalangan ulama amat jauh sekali, yaitu sampai empat puluh pendapat. Saya tidak ingin menghabiskan waktu dalam mengemukakan pendapat-pendapat tersebut atau membacanya. Hanya yang saya yakini dan saya kemukakan kepada pembaca ialah bahwa Lailatul Qadar adalah malam dimulai dari turunnya Alquran.

Seperti yang dijelaskan oleh surah Al-Qadr, “kami menurunkan Alquran di malam Al-Qadr.” (Q.S Al-Qadar: 1) Yaitu sewaktu ayat pertama turun, yaitu Surah Al-Alaq. Dan bahwa malam itu adalah malam di bulan Ramadan, menurut firman Allah dalam surah Al-Baqarah.

Dengan memperhatikan ayat-ayat tersebut, nyatalah bahwa malam itu adalah malam yang bersejarah yang perlu diingat setiap bulan Ramadan datang. Pada malam itu kita mengingat nikmat Allah yang diberikannya kepada manusia dengan diturunkannya Alquran. Dan bahwa Alquran adalah kemuliaan dan keagungan.

Jadi, Lailatul Qadar adalah suatu malam yang penuh kemuliaan dan keagungan. Dan bahwa malam diturunkannya Alquran adalah malam di mana Tuhan berkenan memberikan hidayahnya dari langit dengan memberi petunjuk bagi orang yang sesat, serta menunjukkan kepadanya jalan kebahagiaan dan membebaskan mereka dari segala macam dosa dan belenggu.

Dan juga Allah menggunakan suatu cara yang tidak biasa dipakai dalam melebihkan sesuatu, ia lebih baik dari seribu bulan. Bilangan seribu adalah sebagai lambang akan banyaknya kelebihan malam itu. Alquran dalam menggambarkan kebesaran malam itu tidak berhenti hanya sampai di situ saja.

Tetapi Alquran menggambarkan pula hal-hal yang gaib yaitu turunnya malaikat beserta Jibril sebagai rahmat dari zat yang Maha Tinggi kepada makhluknya di bumi. Dan juga pemberitaan kepada ruh dan jiwa yang baik bahwa petunjuk yang diidam-idamkan oleh segenap manusia telah datang.

Bahwa kemakmuran dan perbaikan akan merata di seluruh bumi, dan bahwa Nabi Muhammad telah mengulurkan tangannya dengan membawa risalah Tuhannya yang disampaikan kepada seluruh manusia. Untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan dan menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus. Itulah Lailatul Qadar, dan begitulah seharusnya kita menghidupkannya. (Tulisan ini dikirim oleh Jusriadi, Gowa, Sulawesi Selatan)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya