Mari Menjaga Laut dari Sampah

Ilustrasi sampah.
Sumber :
  • Irwandi

VIVA.co.id – UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, menyebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam, yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik, bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Pemulung Jadi Ujung Tombak Pengumpulan Sampah, IPI: Banyak yang Belum Mengapresiasi Mereka

Keberadaan sampah tidak bisa dihindarkan dari kehidupan umat manusia. Bahkan, kebutuhan manusia yang semakin besar mengakibatkan jumlah sampah juga semakin banyak dan menumpuk. Namun, pengolahan produk sampah yang bisa mengubah sampah jadi bermanfaat masih sangat sedikit.

Menjaga kebersihan lingkungan adalah bagian dari perintah agama untuk seluruh umat di dunia ini, terlepas dari apapun agama dan kepercayaannya. Tapi, sikap dan karakter pribadi manusia yang mampu mengarahkan untuk menjaga kebersihan. Kita pasti ingat sebuah pepatah, “Kebersihan sebagian dari iman”. Sejak kecil kita diajarkan untuk selalu memahami makna pepatah ini. Bahwasanya menjaga kebersihan, baik kebersihan diri maupun lingkungan merupakan bagian dari iman kita untuk selalu hidup bersih.

Akibat Banjir, Sampah TPA Cipayung Diduga Longsor ke Kali

Selanjutnya, keberadaan sampah beberapa tahun belakangan menjadi fenomena yang selalu dibicarakan dan dikeluhkan. Namun, mengeluh tanpa memberikan solusi juga tidak akan membawa perubahan. Bencana yang sering terjadi seperti banjir tidak terlepas dari akibat membuang sampah sembarangan.

Bahkan, sungai hingga laut menjadi tempat pembuangan yang paling banyak. Sebab, ketika sampah dibuang ke sungai, arus terakhirnya adalah laut. Akibatnya, ekosistem laut jadi rusak karena sampah yang menumpuk hingga ke lautan lepas.

Banjir Belum Surut Hingga Malam di Kawasan Tegal Alur Jakarta Barat

Pemerintah telah berupaya untuk menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan. Tapi, kembali pada kesadaran masing-masing agar membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Kesadaran tersebut saat ini mulai tumbuh, meskipun belum semua masyarakat yang patuh untuk membuang sampah sembarangan.

Upaya tersebut juga telah dilakukan di beberapa wilayah, di mana kesadaran masyarakat untuk membentuk bank sampah dan pabrik pengolahan sampah plastik. Hal ini memiliki hasil di mana masyarakat mulai berubah sikap untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Kembali pada permasalahan sampah plastik di laut, Indonesia menjadi ranking kedua Negara penyumbang sampah plastik di lautan. Ranking Indonesia dalam menyumbangkan sampah plastik ke laut hanya dikalahkan oleh Cina. Rekor baru Indonesia ini tentunya membuat kita semua prihatin. Sekaligus menjadi bukti masih rendahnya kesadaran masyarakat dan negara Indonesia dalam menggunakan dan mengelola sampah plastik.

Plastik merupakan sampah yang sulit terurai (non-biodegradable) hingga ratusan tahun. Saat mencemari laut akan bertahan lama. Bahkan saat terurai pun zat-zat pembentuknya menimbulkan racun bagi ekosistem laut.

Sebuah hasil penelitian dari ilmuwan kelautan dari University of Georgia dirilis di Science (science.sciencemag.org). Penelitian tersebut menemukan fakta bahwa sekitar 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton sampah plastik telah memasuki lautan pada tahun 2010. Ini setara dengan kurang lebih antara 4.762.000.000 – 12.700.000.000 kilogram. Jika dibandingkan, beratnya mencapai 1,3 kali berat piramida besar di Giza, Mesir.

Sampah plastik dengan mudah dapat mencapai lautan dan mencemari lautan. Sampah yang dibuang sembarangan, tidak dikelola dengan baik, akan terbawa air hujan ke sungai yang akhirnya sampai ke laut. Selengkapnya daftar 20 negara penyumbang terbesar sampah plastik di lautan adalah sebagai berikut:

China dengan 3,53 juta metrik ton sampah plastik per tahun, Indonesia 1.29 juta, Filipina 0.75 juta, Vietnam 0.73 juta, Sri Lanka 0.64 juta, Thailand 0.41 juta, Mesir 0.39 juta, Malaysia 0.37 juta, Nigeria 0.34 juta, Bangladesh 0.31 juta, Afrika Selatan 0.25 juta, India 0,24 juta, Algeria 0.21 juta, Turki 0.19 juta, Pakistan 0.19 juta, Brazil 0.19 juta, Myanmar 0.18 juta, Maroko 0,12 juta, Korea Utara 0.12 juta, dan AmerikaSerikat 0.11 juta metrik ton.

Indonesia jauh mengalahkan negara India yang memiliki penduduk lebih banyak. Bandingkan penduduk Indonesia yang sekitar 255 juta (2015) menghasilkan 1.29 juta metrik ton sampah plastik. Sedangkan India dengan penduduk yang jauh lebih besar, sekitar 1.2 miliar, hanya menyumbang 0.24 juta metrik ton sampah plastik per tahun.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa peredaran sampah plastik di laut di seluruh dunia akan melebihi jumlah ikan di laut pada 2050 nantiu. Dalam perkiraan secara global, Indonesia akan menghasilkan 1.29 juta ton sampah plastik ke laut setiap tahunnya. Ini membuat Indonesia menjadi Negara penghasil sampah plastik di laut terbesar di dunia bersama Cina, Filipina, dan Vietnam.

Fakta di atas tidak bisa dipungkiri, bahwa Indonesia harus berbenah diri. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan harus dipaksa. Karena selama ini upaya Pemerintah dan masyarakat peduli lingkungan tidak diindahkan. Bahkan ketika telah terjadi banjir beberapa kali, tidak ada kesadaran dari hati untuk mengubah perilaku buruk tersebut.

Penulis mengajak pembaca semua agar kembali mengingatkan saudara-saudara kita agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah plastik. Kepedulian kita terhadap lingkungan, akan berbuah hasil ketika masyarakat mulai peduli akan kebersihan lingkungannya. Mari kita wujudkan Indonesia yang bebas dari sampah plastik. Serta menjaga ekosistem laut dari oknum-oknum yang suka buang sampah ke laut.

Semoga tulisan singkat ini memberikan pencerahan baik kepada diri penulis sendiri, maupun kepada kita semua yang peduli dengan kebersihan lingkungan darat dan laut. (Tulisan ini dikirim oleh Rahmad Novandri)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya