Bayang Debu dalam Lubang Batu

Ksatria biru.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id –  Selamat senja satria biru, masihkah kamu mengingatku?
Aku seonggok bayang debu dalam lubang batu, yang pernah kamu sapa saat buta malammu.

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

Apa kabar satria biru?
Masihkah kamu setia dengan mimpi senja lalu yang kini menguning berhias anting angin?

Satria biru, dengarkah kamu akan kabar?
Tentang mawar yang telah melewati masa mekar, yang kini hampir kering terbakar dalam lubang batu, tersengal-sengal segaris rindu.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

Dalam lubang batu telah merekah selembar senyum hangatku.
Laksana mawar yang telah melepaskan duri.
Laksana mawar yang telah mengabadikan wangi sapamu tatkala itu. Laksana siraman abadi hingga ia tak pernah mengering.

Sapamu waktu lalu laksana jemari dewata menanam akar keabadian, hingga tegaknya senantiasa terjaga. Ia bukanlah mawar biasa.
Ia adalah aku.

Ramadan sebagai Rekonstruktor Social Behavior

Ia adalah seonggok bayang debu dalam lubang batu yang senantiasa siap sempurna dalam sentuhanmu. Yang senantiasa siap setia menanti tuk menyambutmu duhai satria biru. (Puisi ini dikirim oleh Osye_Senjakoe)

Hari pertama saat berlangsungnya Mubes HIMSI UMI, Makassar.

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Acara besar ini akan berlangsung selama dua hari.

img_title
VIVA.co.id
15 Juni 2016