Masa Tua Pasti Datang, Bagaimana Aku Kelak?

Setiap orang berharap saat tua dia sehat, disayang keluarga, dan berkecukupan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Masa depan yang cerah dan sesuai harapan adalah impian semua orang. Sayangnya tidak semua orang bisa mendapat masa depan seperti harapannya. Dan aku pun memiliki ketakutan besar saat menghadapi masa depanku, terutama di masa aku kelak akan menua.

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Ketakutanku adalah saat aku menjadi tua dan aku tidak diperhatikan oleh anak, aku ditelantarkan, dan dibiarkan hidup seorang diri. Aku berharap anak-anakku berbakti, sayang kepadaku dengan tulus dan ikhlas hati merawatku seperti aku merawat mereka saat mereka masih bayi. Aku takut anak-anakku tidak berbakti kepadaku dan aku malah diacuhkan atau ditempatkan di panti jompo. Tidak dijenguk, tidak diperhatikan, dan dianggap mati.

Ketakutan keduaku adalah saat aku mulai menua, aku pasti akan sakit-sakitan. Bahkan bisa dibilang sakitnya parah dan tak bisa bangkit dari tempat tidur. Sehingga aku seperti bunga layu penghias tempat tidur. Walaupun sekiranya anak-anakku berbakti pun, jika aku sakit dan terbaring seperti itu rasanya akan berat sekali menjalani hidup. Aku hanya akan jadi beban bagi anak, menantu, dan cucu-cucuku. Aku tidak bisa menikmati hidup dengan bahagia, tidak bisa banyak beraktivitas, tidak bisa melihat keindahan dunia di usia senjaku. Itu membuat aku sedih dan takut.

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

Ketakutan ketigaku adalah saat aku menua, aku hidup tanpa tabungan yang cukup. Aku hidup kekurangan, hidup masih harus bersusah payah untuk sekedar makan, padahal tubuh sudah menua dan tenaga tidak sama lagi. Jika keadaan ekonomiku buruk, itu sama artinya perjuanganku selama hidup ini seperti tidak ada hasilnya. Buktinya di masa tua aku masih harus bekerja dan kerjanya pasti lebih harus giat lagi karena aku telah berbeda secara fisik dari orang-orang muda saat itu.

Ketakutanku selanjutnya adalah aku tidak dikenali oleh penciptaku saat aku meninggal. Jadi ibadahku sepanjang aku hidup akan terasa sia-sia karena ternyata Tuhanku tidak disenangkan, tidak mengenal aku, dan tidak mempersilahkan aku masuk ke dalam surga-Nya. Itu adalah ketakutan terakhir dan paling berat untuk aku jalani. Aku begitu takut bahwa hidup yang aku jalani tanpa makna. Melalui waktu hanya sebagai rutinitas tanpa arti dan manfaat di akhirat nanti.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

Dengan keempat ketakutanku di masa depan itu, aku sebisa mungkin dan sekuat tenaga mulai kini mempersiapkan diri agar apa yang aku takutkan tidak terjadi. Aku berusaha baik kepada anak-anakku agar mereka menyadari ibu mereka adalah ibu yang baik dan sangat layak dikasihi, diperhatikan, dirawat, dijaga, dan diberikan semua yang layak di masa tuanya.

Aku ingin yang terbentuk diingatan anak-anakku adalah bahwa ibunya adalah malaikat penjaganya. Dan saat ibunya tua, merekalah yang berganti menjadi malaikat penjagaku. Kemudian selagi aku masih muda ini, aku juga bekerja keras untuk mengumpulkan uang, menyiapkan diri menatap masa depan. Sebisa mungkin aku menabung dan berinvestasi. Aku mengikuti asuransi kesehatan, asuransi dana pensiun, investasi lainnya, agar kelak saat aku tua, setidaknya jerih payahku ada wujud nyata yang bisa aku nikmati dengan baik. Tanpa aku harus bersusah payah atau bahkan merepotkan anak-anakku secara keuangan.

Tak lupa aku selalu menjaga kesehatanku, agar aku selalu sehat, bugar, segar dan menghadapi masa tua dengan fisik yang prima. Aku menjalani pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi, cukup tidur, banyak minum air putih, tidak begadang, menghindari rokok, makanan yang berlemak atau berminyak, dan berolahraga. Dengan kesehatan yang baik, aku akan bisa menikmati masa tuaku dengan baik. Bisa melihat matahari, burung berkicau, air sungai yang gemericik, udara segar, melihat cucu-cucuku dan ikut mengasuh mereka.

Betapa menyenangkannya menikmati masa tua dengan sehat dan bugar. Dan yang terakhir, aku juga membekali diri dengan spiritual yang baik. Aku ingin hidupku menyenangkan hati Tuhanku. Aku ingin Tuhanku mengenalku dan kelak mempersilahkan aku masuk surga-Nya. Tentu aku semaksimal mungkin akan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar hidupku penuh arti. Masa depan ada di tangan kita, pilihan juga adalah hak kita. Kemana dan bagaimana masa tua kita, semua kita tentukan dari hidup kita sekarang. Jadi, jangan menunda untuk berubah. (Tulisan ini dikirim oleh Merry_mirthasari)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya