Aku Ingin Melihat Monas dan Bertemu Sang Idola

Aku ingin melihat Monas
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Malam hari itu, tepat pukul dua malam, aku tengah sibuk menulis cerita untuk dikirim ke sebuah penerbit. Kenapa harus pukul dua malam? Mungkin cukup hanya aku dan Tuhan-ku yang tahu. Aku melakukan hal bodoh semacam itu karena aku mempunyai mimpi, harapan, dan cita-cita. Mimpi, harapan, dan cita-citaku itu banyak, tapi aku hanya ingin mewujudkan beberapa dahulu dalam kurun waktu satu tahun ini.

Sekolah di Papua Barat Menyambut Workshop Daring Literasi Digital dengan Antusias

Dulu, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 6, aku mempunyai mimpi yaitu pergi ke Jakarta dan melihat Monas. Memasuki masa-masa SMP, aku mempunyai mimpi untuk menjadi penulis, karena aku suka bercerita dan aku bisa mengarang cerita walaupun kebanyakan orang akan berkata, “Cerita macam apa ini? Gak menarik.”

Memasuki masa-masa SMK aku sering menonton televisi, lalu aku menjadi nge-fans dengan beberapa artis yang berambut panjang seperti Vino G Bastian, Once, Adipati Dolken, Ello, lalu muncul lagi nama Virzha. Bahkan ketika sudah lulus SMK, keinginanku itu terwujud. Bukan bertemu dengan Vino G Bastian, Once, Adipati Dolken, Ello, ataupun Virzha. Tapi aku berhasil memanjangkan rambutku seperti mereka. Sempat kena tegur dari teman, sahabat, dan pacar juga, “Potong lagi tuh rambut, mau jadi cewek kau?”, “Potonglah rambut tuh, risih lihatnya.”, dan beberapa teguran lainnya.

Viral, Siswi Ini Tidak Jadi Berangkat Sekolah Gegara Tak Punya Ongkos

Bahkan ketika aku pergi ke sekolah lamaku dulu yaitu SMK Negeri 2 Pekanbaru, aku sempat tidak dikenali oleh guru-guru yang pernah mengajarku dan wali kelasku pun juga tidak mengenaliku. Seperti kata Tegar di dalam lagunya, aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Aku yang sekarang sudah dewasa, sudah berpikir kritis, berpikir untuk mencapai kesuksesan, dan berpikir untuk membahagiakan keluarga, termasuk ayah dan ibu.

Aku ingin membuktikan kepada mereka kalau aku bisa! Aku hidup rapi, walaupun mukaku masih belum rapi. Aku ingin mewujudkan mimpiku yang belum terwujud. Rambut panjang, sudah. Bercerita, sudah, tapi aku masih belum dikenal banyak orang sebagai seorang penulis. Yah, setidaknya aku sudah berusaha.

Himpunan Alumni Sekolah Bisnis IPB Berbagi Kebahagiaan dengan Memberikan Santunan Anak Yatim

Deretan mimpiku yang belum terwujud antara lain; membahagiakan orangtua, menaikhajikan orangtua, membuat keluarga, teman, sahabat, dan mantan pacarku bangga agar mengakui keberadaanku, hidup bahagia bersama orang-orang yang bisa menerima sifat buruk dan keadaanku yang apa adanya ini, menjadi penulis agar nenekku yang sudah berada di sisi-Nya bangga akan apa yang telah aku raih dengan segala usaha dan perjuangan yang sudah aku lakukan selama ini, dan lagi, aku ingin bertemu dengan mereka, para idolaku. Wah, aku ingin bertemu Vino G Bastian, Adipati Dolken, Virzha, Ello, Once, dan jangan sampai lupa, Kunto Aji. Aku pernah dibilang mirip Kunto Aji loh, hanya gara-gara rambutku yang aku keritingkan dan kacamata yang kami pakai sama, jerawatnya pun juga ada sedikit-sedikit.

Dan mimpiku yang sampai sekarang masih belum terwujud adalah aku ingin ke Jakarta dan melihat Monas. Andaikan aku punya uang lebih, aku akan mewujudkan mimpi saat masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut. Orangtuaku tidak mengizinkan aku ke sana, alasannya sih logis, “Kau mau makan dan minum apa di sana?” dan “Kau mau tinggal di mana?” Aku terima alasan mereka, karena aku tahu mereka sayang dengan aku, yaitu anak yang telah mereka rawat, bina, didik, dan besarkan.

Apalagi memang aku hidup di keluarga yang sederhana dengan empat orang adik, laki-laki pula semuanya. Kebutuhan sekolah mereka jauh lebih penting daripada mimpi anehku ini. Adikku yang nomor dua pun berniat ingin kuliah, dan aku sebagai abang dan anak pertama, harus mengalah. Yah, semoga saja suatu saat aku bisa mewujudkan mimpi anehku ini dengan segala cara. Pastinya harus halal, tidak boleh haram, karena uang haram hanya akan membawa malapetaka dan kesialan padaku nantinya.

Rasanya bukan hanya mereka (idolaku), tapi aku juga ingin bertemu dengan para penulis yang tinggal di sekitaran daerah ibukota tersebut. Aku ingin bertanya tentang apa-apa saja yang dibutuhkan seorang penulis untuk berkarya. Mungkin contohnya Raditya Dika dan Ernest, penulis sekaligus sutradara film yang sudah terkenal di Indonesia. Bahkan karya-karyanya sudah banyak memotivasi anak bangsa yang telah menonton film dan membaca tulisan karya mereka.

(Tulisan ini dikirim oleh Ridhoadhaarie)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya