Peliharalah Hati agar Hidup Menjadi Tenang

Ilustrasi Rendah Hati
Sumber :

VIVA.co.id - Kehidupan modern dengan segala kemajuan, mode, dan budayanya yang kian menempatkan materi, jabatan, dan kedudukan sebagai tolak ukur keberhasilan. Hal ini membawa dan menempatkan manusia pada kehampaan dan kegersangan hati yang pada akhirnya membawa pada matinya fungsi hati itu sendiri.

Selama ini hati sering tidak diperhatikan. Manusia kian sibuk dan disibukan dengan pemenuhan berbagai kebutuhan dan kesenangan, bahkan keserakahan pada materi yang tidak akan pernah ada batas dan kepuasannya. Banyak orang sukses bahkan kelewat sukses jatuh dan ternista akibat tidak mampu memelihara hati yang pada akhirnya harus terjerembab ke jurang penyesalan.

Coba perhatikan para koruptor yang tertangkap, terlempar, dan dilempar ke dasar jurang penyesalan yang berkepanjangan. Sudah punya mobil avanza ingin Mercedes dan Ferrari, sudah punya Lamborghini ingin punya jet pribadi, sudah punya kekayaan 10 miliar ingin 100 miliar, jika perlu 10 triliun tak peduli dengan jalan korupsi dan manipulasi sekalipun. Sudah punya ini ingin itu, sudah punya ratusan perusahaan ingin membeli pulau sekalian. Begitulah keserakahan manusia manakala hati sudah dibutakan oleh nafsu yang membabi buta.

Roda kehidupan terus berputar silih berganti, malam selalu berganti dengan siang manakala belum sampai pada saatnya untuk berakhir. Ada suka ada duka, ada tawa ada tangis, ada kebahagiaan ada pula kesengsaraan. Kehidupan yang kian semarak buah dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kian marak pula bermacam godaan, rintangan dan tantangan yang kian menghimpit hati bahkan sampai membutakan segalanya.

Arus deras terjangan budaya dan mode yang tidak senonoh di hampir semua lini kehidupan kerap memaksa kejujuran, kebenaran, keharmonisan untuk bertahan di tempat agar tidak terseret globalisasi yang makin tidak terbendung.

Hati yang senantiasa jujur terkadang tak mampu jadi pelita dan pembimbing jalan hidup yang baik. Perilaku sebagai manusia yang berbudi kerap dipalingkan ke lain arah manakala ambisi sudah berubah menjadi ambisius. Mata sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Indra-indra yang lain seakan tak peduli, kerap merampas dan mengambil hak orang lain walau hati merasa yakin bahwa anggota badan ini akan jadi saksi pula saat tangan dan mulut terkunci di hadapan Ilahi, kelak di padang mahsyar, saat masing-masing diri diadili dengan seadil-adilnya.

Jika hati ini hitam, hitam pula perilakunya, jika hati ini merah, merah pula kelakuannya, dan jika hati ini baik, jujur, taat begitupun akhlaqnya akan seperti itu. Akhirnya sebanyak apapun kesempatan diberikan, selama apapun usia dijalani, pada akhirnya semua tergantung pada pribadi masing-masing.

Dengan berdzikir hati akan menjadi tenteram dan tenang. Begitulah Allah SWT berfirman dengan kitabnya. Orang yang beriman senantiasa ingat pada Allah dengan dzikirnya manakala timbul berbagai masalah dan persoalan yang tidak bisa diatasi sampai hal-hal yang kecil dan terkecil sekali pun. Firman Allah SWT, ‘‘Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.’’(Q.S. Ar ra’d – 28).

Berdzikir sebagai salah satu cara untuk menentramkan hati yang gundah gulana, sekaligus untuk membersihkan segala macam penyakit dan kotoran batin. Hal ini dapat dilakukan di setiap saat, waktu, dan keadaan di manapun dan kapanpun, sambil duduk, berdiri bahkan sambil berbaring atau ketika beraktifitas sekalipun.

‘‘Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.’’(Q.S. Al Baqarah).

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Pertanyaan yang kemudian muncul, mengapa dzikir yang selalu dilantunkan belum mampu membuat hati menjadi baik. Sama seperti salat yang belum mampu menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, puasa yang belum bisa membentuk ketaqwaan yang sempurna serta zakat yang belum mampu membersihkan diri dari segala kotoran lahir dan batin. Apakah memang ada yang salah dari semua itu?

Berdzikir sebagai salah satu upaya untuk membersihkan hati harus terus dan terus diupayakan, yakinlah bahwa dzikir yang dilantunkan tidak akan pernah mubadzir. Sekecil apapun amal kebaikan dilakukan akan Allah balas dengan puluhan kali lipat pahala, tidak sebaliknya dengan keburukan.

Membersihkan hati dari sifat yang tidak baik akan sama sulitnya dengan keikhlasan sebagai dasar melaksanakan amal saleh. Tidak ada pisau yang tumpul manakala di asah secara terus menerus. Begitupun hati yang kotor akan bersih kembali, manakala dzikir yang dilakukan bisa istiqomah, ikhlas sekaligus yakin akan apa yang jadi harapan berdoa.

Doa sebagai ikhtiar seorang muslim untuk memohon kepada Allah SWT kerap dilakukan manakala diri sedang kesusahan dirundung malang, ditimpa berbagai kegagalan dan setumpuk masalah yang tidak bisa di atasi. Selagi susah dan terpuruk doa terus menerus dipanjatkan setiap saat, bahkan di waktu-waktu yang mustajab. Baik di siang hari maupun di malam hari bahkan di tengah malam yang sunyi dan sepi. Persoalan teratasi, permasalahan diberi jalan kemudahan, selesai pula tangan ini diangkat ke haribaan-Nya.

Hati yang senantiasa suci dan bersih seringkali kotor karena ulah dari perilaku yang tidak terpuji. Untuk itu tidak ada yang sanggup untuk menjaga agar hati ini tetap bersih tanpa minta perlindungan dari yang punyaNya. Oleh karenanya, semakin sering tangan ini dipanjatkan kepada-Nya, semakin bersih pula hati ini, meski menghadapi berbagai persoalan. Karena bagaimanapun Allah SWT akan “malu” andai tidak memperkenankan doa seorang yang dipanjatkan secara terus menerus.

Berdzikir, berdoa, dan beramal dengan ikhlas semuanya saling menyempurnakan. Berdoa tanpa beramal adalah hampa, berdzikir tanpa doa kurang sempurna, begitu pula sebaliknya. Amal saleh yang dilakukan dengan istiqamah akan membuat hati kian bersih dari sifat-sifat yang buruk.

Seorang muslim yang baik adalah mereka yang banyak memberi manfaat buat saudara dan orang lain, baik dengan harta, pangkat atau jabatan. Bahkan kemiskinan dan kesengsaraannya mampu memberi manfaat dan maslahat pada sesamanya. Amal shaleh dapat dilakukan dimana dan kapanpun. Apapun yang dapat diberikan buat orang lain selama itu pula hati kian bersih dari sifat yang tercela.

Godaan lahir dan batin yang membawa umat manusia pada jurang kekufuran dan kemurtadan serta kemusyrikan kian deras melanda semua kalangan dan keadaan. Godaan dan rintangan tidak selalu datang dari arah timur dan barat saja, tidak lagi hadir dari tempat-tempat maksiat dan kotor, segalanya sudah mengepung rumah kita, anak kita, saudara dan tetangga kita, di tiap tempat dan situasi.

Hati sebagai pelita hidup seorang muslim agar tetap menjadi seorang muslim yang bermartabat tentunya memerlukan penanganan khusus. Hal-hal di atas diyakini mampu menjadikan hati menjadi tenang. Persoalan hidup yang kian menggelisahkan hati akan mampu di atasi manakala ketiganya diamalkan dengan sebaik-baiknya.

Andai hati tidak juga mau bersih dan tenang tidak mampu jadi pembimbing hidup mengapa tidak minta pertolongan, bukankah hanya Dia yang dapat membolak-balikan, merubah, bahkan mengganti hati itu sendiri.

Hati sebagai pelita yang menerangi jalan hidup seorang muslim agar tidak berjalan di kegelapan. Semestinya setiap saat dipelihara dan dilatih untuk mampu menerangi jalan hidup agar tidak tersesat. Teruslah berupaya, berdoa, dan berusaha sebelum pintu langit tempat naik turunnya doa ditutup saat maut menjemput. (Tulisan ini dikirim oleh Iing Syafei, Guru SDN Sumberjaya 1, Majalengka)

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016