Kebaikan Si Abang Penjual Buah

Berjualan di Gang Sempit
Sumber :
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Setiap hari jika tidak berhalangan, abang tukang buah akan
stand by
Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
di depan asramaku. Ya, sekarang aku masih tinggal di asrama karena kami, penerima beasiswa, diwajibkan mengikuti serangkaian pembinaan yang diadakan di asrama selama dua tahun.
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Sebagai anak asrama agar salah satu kebutuhan gizi terpenuhi, kehadiran abang tukang buah sangat berarti bagi kami, sangat kami harapkan. Setidaknya dengan hadirnya beliau kami tidak perlu bersusah payah mencari buah-buahan sampai ke pasar atau sekadar menunggu abang tukang buah lain yang lewat dengan jadwal tak tentu, yang istilah anak mudanya malah di-PHP-in.


Abang tukang buah yang biasa jualan di depan asramaku lain daripada yang lain. Ketika berjualan ia selalu memasang wajah dengan roman yang menunjukkan kebahagiaan, keramah-tamahan, dan kerendahan hati. Hampir setiap hari aku membeli buah-buahan darinya karena memang aku berprinsip “walaupun statusku sebagai anak asrama aku harus tetap memerhatikan gizi dan kesehatanku”.


Saking tingginya perhatianku terhadap kesehatan dan gizi aku selalu dikatakan "Si Wina mah orangnya higienis banget!"
Whatever
, mau dikatakan apa pun juga yang penting aku bisa hidup di jalur yang sehat karena aku tahu kalau kesehatan itu sangatlah mahal.


Abang yang satu ini baik sekali. Sering sekali aku mendapatkan bonus dan diskonan harga ketika membeli buah-buahan darinya. Ketika aku membeli pepaya misalnya, ia selalu memasukkan nanas atau jambu air ke kantong kresekku. Sederhana memang hal baik yang ia lakukan. Akan tetapi, dibalik kesederhanaan itu menyimpan keistimewaan yang mungkin lebih istimewa daripada barang berharga sekalipun yakni berupa pahala dari Allah karena ia selalu meniatkannya sebagai suatu sodaqoh.


Ada suatu ayat dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa seseorang yang senantiasa menginfakkan hartanya di saat yang lapang maupun sempit, maka ia termasuk orang yang bertakwa.


Saya yakin bahwa walau bagaimanapun abang ini pasti membutuhkan uang untuk membiayai keluarganya. Dan saya pun tahu bahwa keuntungan yang diperoleh dengan berjualan buah tersebut tidaklah besar jika dibandingkan dengan perjuangan yang dilakukannya. Tetapi, atas kesadaran yang dimilikinya mengenai keutamaan sedekah maka ia tak pernah tanggung-tanggung untuk bersedekah dengan hartanya dan apa pun yang dimilikinya.


Kebiasaan baik ini tidak hanya ia lakukan pada satu orang, tetapi pada orang lain pun begitu. Kebaikan-kebaikannya telah membuat citra namanya mulia. Ia banyak dibicarakan orang lain karena kebaikan dan kemuliaan hatinya. Subhanallah!
(Cerita ini dikirim oleh Wina Sumiati)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya