Sumber :
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA.co.id
- Belakangan, banyak peristiwa yang membuat hati terasa miris. Mulai dari pembunuhan aktivis, aksi teror pengeboman dan penembakan, sampai kasus korupsi yang membuat kita menggeleng kepala. Peristiwa yang menunjukkan fakta turunnya moral dalam kehidupan dan budaya. Namun, jika ditelisik dari sudut pandang yang lain, dapat kita temukan hikmah dan sisi positif dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Keberanian dan kegigihan para aktivis berkoar-koar dan berjuang keras tanpa henti menyuarakan dan membela hak-hak masyarakat yang terlewat dan terbengkalai. Keberanian yang didasari rasa tulus dan kerelaan berkorban yang besar. Tetap berjuang meskipun tak mudah. Tetap menyuarakan meskipun tak didengar atau hanya terdengar samar. Tetap berani meski tahu risiko yang besar mengelilingi. Semuanya itu karena mereka berpegang teguh pada satu prinsip. Berani karena benar. Bagi mereka, segala risiko dan ancaman tak menghalangi untuk tetap melangkah selama mereka di jalan yang benar.
Baca Juga :
Edu House Rayakan Harlah ke-8
Keberanian dan kegigihan para aktivis berkoar-koar dan berjuang keras tanpa henti menyuarakan dan membela hak-hak masyarakat yang terlewat dan terbengkalai. Keberanian yang didasari rasa tulus dan kerelaan berkorban yang besar. Tetap berjuang meskipun tak mudah. Tetap menyuarakan meskipun tak didengar atau hanya terdengar samar. Tetap berani meski tahu risiko yang besar mengelilingi. Semuanya itu karena mereka berpegang teguh pada satu prinsip. Berani karena benar. Bagi mereka, segala risiko dan ancaman tak menghalangi untuk tetap melangkah selama mereka di jalan yang benar.
Baca Juga :
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Begitu pula dengan tokoh-tokoh di balik pengungkapan kasus korupsi dan sejumlah penyelewengan aturan. Mereka tak gentar dan terus maju mengungkap kejujuran dan tegas menegakkan keadilan meskipun mendapat berbagai kecaman dan teror. Meskipun mereka tahu keberanian dan kejujuran itu harus dibayar mahal dengan jatuhnya nama atau nyawa. Kebanggaan mati karena benar dari pada hidup di dalam rasa bersalah. Itulah kiranya yang membuat mereka tetap memperjuangkan kebenaran meskipun ketakutan, kekhawatiran, dan putus asa sesekali menyergap dalam diri mereka.
Dan seperti istilah kapok lombok, seperti seorang ibu yang tak capek-capek mengomeli anaknya untuk tak bangun kesiangan, semoga para pejuang lingkungan hidup tak henti-hentinya menyuarakan dan menyelamatkan satwa-satwa meskipun perburuan liar terus bermunculan. Semoga para pejuang perdamaian tak surut dan menjadi bernyali ciut meskipun marak teror menakutkan. Semoga para penegak birokrasi tak lelah meluruskan kembali aturan yang menjadi benang runyam.
Semoga para pelaku-pelaku kebaikan di dunia ini tetap tidak kapok dalam melakukan kebaikan mereka. Meskipun kebaikan yang mereka lakukan tak selalu berbuah manis untuk diri mereka, malahan mungkin berasa pedas, tetapi tak menyurutkan niat untuk terus melakukannya. Malahan terus ketagihan, karena ada hati nurani mereka yang terus tak henti-henti menyuarakannya. Berharap dan yakin, suatu saat akan ada perubahan yang manis meskipun mereka tak tahu kapan.
(Cerita ini dikirim oleh Stevanie Christ Santa, Sidoarjo)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Begitu pula dengan tokoh-tokoh di balik pengungkapan kasus korupsi dan sejumlah penyelewengan aturan. Mereka tak gentar dan terus maju mengungkap kejujuran dan tegas menegakkan keadilan meskipun mendapat berbagai kecaman dan teror. Meskipun mereka tahu keberanian dan kejujuran itu harus dibayar mahal dengan jatuhnya nama atau nyawa. Kebanggaan mati karena benar dari pada hidup di dalam rasa bersalah. Itulah kiranya yang membuat mereka tetap memperjuangkan kebenaran meskipun ketakutan, kekhawatiran, dan putus asa sesekali menyergap dalam diri mereka.