Nyanyian Malam yang Mengerikan

Bertengkar.
Sumber :
  • http://aboutlove99.blogspot.com/
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Ketika gelap malam mengundang, dan suara berisik dua orang mengusik. Aku mulai terbangun dan mencoba mengerti keadaan. Langkah kakiku tidak stabil kala mendekati letak pintu, dengan ragu aku mencoba untuk menempelkan telingaku agar bisa lebih leluasa mendengar cerita yang mereka buat malam ini.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Aku mendengar teriakan-teriakan mengerikan yang mereka keluarkan. Dan sebuah tamparan keras yang selalu ayah hadiahkan di pipi ibu membuat aku menyeret tungkaiku mundur teratur menjauhi pintu, lalu menggeleng sekuat tenaga sembari memukul kuat-kuat bagian dada yang terasa sesak.  Tidak bisakah mereka berdua membuat malamku tenang? Kenapa harus selalu bertengkar dan ibu yang selalu menjadi korban keganasan tangan ayah?
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong


Aku terduduk di lantai bawah tempat tidur. Mendekap lutut sembari menangis tanpa suara. Nyanyian malam ini lagi-lagi membuatku terluka. Aku merindukan nyanyian yang dulu. Yang selalu bisa membuatku tidur terlelap dengan tenang. Bukan dengan rasa ketakutan seperti ini.


Aku beranjak dari keterpurukanku. Mencoba mengambil sebuah benda yang mungkin bisa membantuku bangkit. Kupejamkan mataku saat benda itu sudah berada di tanganku. Aku mulai menggerakan benda bernama kuas itu di atas permukaan kertas putih tak bernoda. Seperti biasa, aku hanya bisa melakukan ini saat gelap malam menemaniku dengan nyanyian mengerikannya.


Melukis. Dengan melakukan itu aku bisa melupakan bebanku sejenak dan tenggelam dalam kegiatan manis ini. Melupakan sesuatu yang terjadi beberapa menit lalu. Mencoba menulikan telinga dari suara nyanyian malam yang mengerikan.


Aku terpejam. Membiarkan khayalanku berkelana menembus waktu. Mengusik puing-puing kenangan yang telah lama tertidur. Bahkan setelah milyaran menit yang kuhabiskan, akupun berakhir tak ubahnya sebuah ayunan pendulum. Terhenti pada satu titik kekalahan.


Hatiku sesak saat rindu akan masa lalu itu kembali menyapa. Mengingatkanku pada satu kenyataan bahwa aku tidak akan bisa merasakannya kembali. Itu hanya bagian dari masa laluku, tidak mungkin bisa kukembalikan, bahkan ketika melihat ayah dan ibu saja aku tidak sanggup.


Aku mencoba untuk menarik diriku kembali pada masa-masa indah itu, tapi nyatanya takdir tidak berpihak padaku. Ayah dan ibu lebih memilih berada dalam masa sekarang dengan nyanyian malam mengerikannya.
(Cerita ini dikirim oleh Yuni Nur Afriani)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya