Kekuatan Doa di Ruang Operasi

Ilustrasi Ruang Operasi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Anda pernah dengar perkataan ini, “semua penyakit pasti telah Allah ciptakan obatnya, kecuali penyakit tua dan mati?” Nah, itu salah satu sifat Allah juga yang menjadi salah satu alasan kenapa kita penting banget curhat sama Allah. Yup, Allah memiliki sifat Maha Menyembuhkan.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Allah menciptakan macam-macam penyakit ada maksudnya. Di antaranya sebagai ujian kesabaran bagi kita. Kan ada hadits yang berbunyi, kalau seorang mukmin sakit dan bersabar akan diangkat semua dosanya. Maksudnya bukan sabar dan nggak usaha cari obat. Tapi bersabar untuk tidak
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
ngomel dan menyalahkan Tuhan.

Selain itu juga, biar kita lebih bersyukur. Mensyukuri nikmat sehat itu baru terasa banget kalau lagi sakit. Sama dengan nikmat waktu yang baru terasa saat kita lagi terburu-buru dan nikmat kaya saat kita lagi miskin.

Dan yang terakhir adalah supaya kita mengenal diri kita sendiri. Dengan sakit, kita jadi berusaha mengenal ada apa sih dengan tubuh kita, apa penyebab sakitnya kita dan bagaimana mengobatinya.

Secara pribadi, saya punya pengalaman yang berkesan banget berkenaan dengan sakit dan sifat Allah Yang Maha Menyembuhkan ini. Kebetulan peristiwanya baru saja saya alami.

Saat itu, sekitar Agustus 2007 saya dinyatakan positif hamil anak kedua. Jaraknya dengan anak pertama saya ada sekitar 6 tahunan. Tadinya saya juga sudah tidak terlalu berharap bisa punya anak lagi. Berdoa secara khusus juga nggak
. Tapi saya tahu suami dan anak pertama saya (Akna) yang
nggak
bosan berdoa. Kenapa saya malah tidak mengkhususkan berdoa untuk hal yang satu ini?


Pertama, saya merasa mungkin memang anak saya hanya satu. Lagi pula, usia saya sudah tidak muda lagi. Agustus 2007 itu saya berusia 37 tahun, yang katanya sudah termasuk usia hamil berisiko tinggi. Kedua, saya pikir, mungkin ini waktunya saya berkonsentrasi di karier menulis saya. Kalau punya baby lagi, kebayang juga repotnya.


Tapi begitulah manusia, suka sombong dan “playing God”, alias bermain dengan skenario Tuhan. Padahal yang lebih tahu jelas Allah. Manusia hanya bisa berencana, tetapi Allah jualah penentu segala sesuatu.


Jadilah, setelah saya istighfar, mohon ampun berkali-kali atas segala ‘kebandelan’ saya, Alhamdulillah saya merasa siap lahir dan batin untuk kembali hamil, melahirkan, dan nantinya InsyaAllah mempunyai seorang bayi. Heuheu, meski sejujurnya, saya sudah lupa bagaimana cara merawat bayi. Bahkan lupa bagaimana rasanya hamil dan melahirkan.


Sebetulnya riwayat medis kehamilan saya yang pertama saja sudah cukup heboh. Saya menderita minus mata yang cukup tinggi. Terakhir periksa, saya minus delapan dan lima, dengan silindris setengah dan tiga perempat. Bagi penderita minus mata tinggi memang sulit melahirkan dengan cara normal, karena saat mengejan bisa menyebabkan syaraf mata pecah dan lebih lanjut menyebabkan kebutaan permanen.


Selain itu sejak gadis, saya punya ambeien yang repotnya kian hari kian gawat saja. Nah, bagi para penderita ambeien pun tidak disarankan melahirkan secara normal. Saat dia mengejan, dikhawatirkan syaraf ususnya pecah pula. Gawat kan?


Penyakit ketiga yang baru saya ketahui saat kehamilan pertama adalah ada myoma (sejenis kista) di rahim saya yang tumbuh bareng si bayi. Setiap saya makan itu artinya sama dengan ngasih makan si bayi dan si myoma. Dalam beberapa kasus, myomanya gede, si bayi gugur. Waktu saya hamil pertama, secara ajaib, si myoma (ada beberapa biji, diameternya sekitar dua senti) tumbuh dan si bayi juga tumbuh dengan bahagia. Saat melahirkan dengan operasi cesar (sectio elective), sekalian mengeluarkan si bayi, si myoma juga diangkat. Nah, pada kehamilan kedua, ternyata si myoma nongol lagi!


Kehamilan kedua saya jalani dengan penuh rasa syukur. Karena bagaimanapun saya dikeroyok macam-macam penyakit, Allah tetap sayang sama saya. Saya dikasih kesempatan hamil lagi. Meski usia saya juga termasuk risiko tinggi (37 tahun).


Pas pada bulan ketiga kehamilan, dari hasil lab, ketahuan kadar gula darah saya tinggi banget. Beberapa kali cek bervariasi antara 422 hingga 140. Padahal batas normal adalah 140. Hasil diagnosisnya, saya menderita DMG (Diabetes Melitus Gestasional), alias kencing manis semasa hamil.


Sejujurnya saya
nggak
yakin sama hasil lab itu. Meski secara genetik, saya memungkinkan punya penyakit tersebut, namun secara kebiasaan sehari-hari saya merasa sehat-sehat saja. Sudah enam tahun saya berhenti mengonsumsi softdrink berkarbonasi tinggi dan sedang mulai berhenti mengonsumsi minuman botol dan manis. Laju beku darah saya bagus. Saya juga tidak menemukan urine saya dirayah semut misalnya.


Namun, dokter internis dan gizi menyarankan saya diet gula dan karbohidrat, serta suntik insulin. Saya jelas bete banget. Susu ibu hamil saja
nggak
boleh. Diganti dengan terapi tablet kalsium dosis tinggi.


Jelas saya ngeri
dong
. Gimana bayi saya? Apalagi insulin kan diragukan kehalalannya. Saya dengar insulin banyak dibuat dari pankreas babi. Kalau ada yang dari pankreas sapi, mahal banget.


Betapa sedihnya saya ketika baby di perut mulai menendang-nendang ibunya. Tandanya dia laparkah? Cukupkah asupan gizi yang saya berikan padanya? Apakah dia nantinya tidak kekurangan kalsium alami dari susu? Begitu banyak pertanyaan yang mengganggu di benak saya. Saya kemudian memutuskan tetap berusaha mencari second opinion sambil terus berdoa.


Maka saya menjalani 'diet modifikasi ala saya'.  Saya menimbang setiap asupan makanan, tanpa suntik insulin dan dengan pengurangan dosis tablet kalsium itu tadi. Satu-satunya hal yang tidak putus saya lakukan adalah setiap malam saya berusaha bangun shalat hajat. Saya berdoa sama Allah agar saya dan bayi saya di rahim dikuatkan dan diberi kesehatan. Saya yakin Allah mendengar curhat saya dan mengabulkannya.


Sementara keadaan fisik saya selama hamil kedua ini cukup menyedihkan. Dengan Hb sangat drop, sempat mencapai point 60, saya masih menulis dan menyelesaikan lebih dari 8 judul buku. Saya muntah-muntah, muncul flek dan keputihan sepanjang trimester pertama dan kedua.


Saya sering nyaris pingsan pada trimester ketiga. Bahkan saya nyaris tidak kuat berjalan jauh, walaupun menggunakan taksi atau mobil sendiri. Naik metro mini sudah tidak berani sama sekali, takut jatuh, pingsan, dan takut muntah karena mencium aneka bau.


Analisa si gula darah makin kacau dan fluktuatif. Saya makin menguatkan doa saya. Saya percaya pada keajaiban tangan-tangan Tuhan in the last minute. Dua minggu sebelum operasi, saya kontraksi hebat hingga nyaris kejang, sehabis shalat maghrib. Dan semalam sebelum operasi kembali saya mengalami kontraksi, yang ternyata sudah masuk bukaan satu.


Segala teori tentang mengejan saya coba ingat saat itu. Di antaranya tarik nafas saat terjadi kontraksi, dan jangan mengangkat panggul saat sedang kontraksi. Sakitnya... masyaAllah... seperti orang mau BAB dan BAK. Mulesnya sampai sekujur tubuh. Keringat sebesar biji jagung merembesi seluruh tubuh saya padahal ruang VK di Rumah Sakit itu dingin sekali. Suami yang mendampingi saya terus memegang tangan saya dan berzikir. Ia menyemangati dan menyabarkan saya untuk juga terus berzikir.


Ya, yang saya ingat saat itu... Allah... Allah... Dalam rintihan saya, saya menyeru lirih... 'Ya Allah, sakiiit... Ya Allah... sakit...'. Segala kalimat thayyibah saya coba lantunkan sambil menarik nafas sehingga lama-lama saya merasa tenang. Perlahan badai kontraksi itu berlalu, seiring suster menyuntikkan pereda rasa sakit di anus dan paha.


Esok paginya, saya menghadapi operasi setelah salat dhuha dan salat hajat. Sepenuh hati saya mohon kepada Allah agar saya tidak pingsan dan mengalami hipothermia seperti saat kelahiran anak pertama enam tahun lalu.


Subhanallah... Allah mengabulkan doa saya. Saya bertahan hingga anestesi spinal diinjeksikan melalui tulang belakang saya. Saya masih bisa mendengar dokter-dokter itu mengajak saya ngobrol, dan suster menepuk-nepuk pipi saya, menjaga agar jangan sampai saya tertidur. Saya sukses menjalani operasi dengan bius lokal dan mendengar tangisan bayi laki-laki saya pertama kali. Saya menangis terharu saat bayi yang baru lahir itu diletakkan di dada saya dan diciumkan ke pipi saya. 'Alhamdulillah...' itu saja yang bisa saya katakan.


Bayi laki-laki saya lahir dengan berat 3,8 kilo dan panjang 50 cm, pada tanggal 15 Mei 2008 jam 8 pagi lewat 12 menit. Gendut dan sehat. Alhamdulillah... Saya sangat bersyukur walaupun setelah itu masih harus mengalami sakit luar biasa (kembali) saat
recovery
proses penyusutan rahim (kayak kontraksi lagi). Sampai sekarang pun (saat menulis ini) masih belum pulih betul.


Meski sempat memiliki kadar bilirubin tinggi (13,1 dari batas normal 11), dan mengalami terapi Blue Light, bayi saya bisa merasakan colostrum dan ASI walaupun sedikit. Sementara kakaknya dulu hanya dapat colostrumnya saja.


Saat menulis ini, saya sambil memandangi bayi saya dan sedang merasa sangat terharu. Tak habis rasanya syukur saya kepada Allah. Seorang ibu dengan 'serombongan penyakit' seperti saya akhirnya diizinkan-Nya untuk kembali melahirkan seorang calon mujahid yang semoga akan menambah bobot bumi Allah sebagai manusia berkualitas yang saleh dan bermanfaat bagi umat.

   

Saya tahu curhat saya kepada Allah didengar dan dikabulkan. Betapa saya ingin diberi kesempatan satu kali saja lagi untuk melahirkan seorang bayi, dalam keadaan sehat, meski saya sudah termasuk beresiko tinggi. Allah saja yang menguatkan saya. Allah saja yang membuat semuanya terwujud. Hanya Dia yang bisa. Nah, Anda yang merasa mempunyai keterbatasan karena penyakit, jangan ragu ya buat curhat dan memohon kesembuhan kepada-Nya. Tentu sambil usaha
lho
.


Dr. Alexis Carrell, salah seorang ahli bedah Perancis (1873-1941) yang pernah memenangi hadiah Nobel bidang kedokteran, menulis dalam bukunya 'La Piere' (Doa) tentang pengalaman-pengalamannya dalam mengobati pasien. Katanya, "banyak di antara mereka yang memperoleh kesembuhan dengan berdoa". Menurutnya, doa adalah suatu gejala keagamaan yang paling agung bagi manusia, karena pada saat itu jiwa manusia terbang menuju Tuhannya.


Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang di dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai Khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat (Nya) (QS An Naml 62). Doa Nabi Ibrahim as, 'Kalau aku sakit, maka Dia (Allah) yang menyembuhkan aku' (QS 26:80).
(Cerita ini dikirim oleh Ifa Avianty, Jakarta)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya