Buanglah Sampah pada Tempatnya!

Contoh yang Tidak baik
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Beberapa hari ini di beberapa daerah di Indonesia sudah diguyur hujan. Hujan yang dirindukan akhirnya tiba juga, tapi kedatangannya menjadi dilema bagi beberapa daerah di Indonesia. Di satu sisi, hujan mendatangkan berkah karena debit air tanah meningkat. Di sisi lain banjir sudah siap menghadang walaupun hujan turun dengan intensitas kecil.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Biasanya yang menyebabkan banjir adalah menumpuknya sampah-sampah di saluran air yang mengakibatkan aliran air tersumbat dan meluapnya air di beberapa selokan atau sungai. Kalau sudah begini biasanya masyarakat mulai menyadari arti larangan "Buanglah Sampah pada Tempatnya". Salah satu contoh larangan yang sering dihiraukan oleh masyarakat.

Hampir setiap Minggu pagi saya melakukan kegiatan "Gerakan Pungut Sampah" dengan teman-teman Komunitas Galur Bandung. Sampah yang kami kumpulkan tidak sedikit. Kadang saya menemukan sampah di selokan kecil. Saya sempat berpikir, yang membuang sampah kesini apa tidak sadar kalau hujan datang akan mengakibatkan banjir? Kan merugikan banyak pihak. Saya paling sebal ketika melihat orang membuang sampah begitu saja ke jalan atau bahkan ke sungai lalu saat banjir mencak-mencak menyalahkan pihak sana sini, seakan-akan tidak benar dalam membenahi daerahnya. Dirinya tidak sadar bahwa yang membuat aliran saluran air tersumbat karena sampah yang dia buang.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Seorang teman pernah bercerita, suatu waktu dia sedang terjebak macet di salah satu persimpangan lampu merah di Kota Bandung. Lalu dia memergoki seseorang membuang botol bekas minuman ke jalan begitu saja dari dalam mobil. Tanpa diperintah siapa-siapa, teman saya keluar dari mobilnya dan memungut botol tersebut sambil mencoba menegur baik-baik dengan pengemudi mobil tersebut.

Tidak terima dengan teguran teman saya, si pengemudi mobil berkata, "Emang ini jalan punya siapa? Bukan punya kamu kan?", kebetulan teman saya menyimpan file Peraturan Daerah Kota Bandung tentang K3 di telepon genggamnya. Dengan santai teman saya menyebutkan peraturan tersebut beserta besaran dendanya. Dengan sedikit terpaksa pengemudi tersebut akhirnya mau mengambil lagi botol bekas minuman tersebut.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Lain lagi dengan cerita teman saya di kantor. Dia bercerita saat sedang mencari rumah di situs online menemukan hal yang tidak biasa untuk promosi. Sang penjual rumah mencantumkan, "kalau mau membuang sampah gampang karena dekat kali". Saya masih tidak mengerti kenapa orang-orang begitu mudahnya membuang sampah begitu saja. Mereka seolah tidak tahu efek apa yang akan terjadi. Apakah mereka menganggap dirinya saja yang membuang sampah ke jalan atau ke sungai? Mereka tidak pernah tahu kalau apa yang mereka lakukan ternyata diikuti oleh banyak orang.

Awalnya mungkin hanya sampah botol bekas, lama kelamaan bisa ditambah sampah-sampah lainnya. Kalau sudah begitu masih beranikah menyalahkan pihak-pihak tertentu seakan-akan tidak totalitas dalam bekerja? Semua fasilitas kota atau daerah memang harus dijaga dan dirawat tetapi bukan berarti masyarakatnya sendiri angkat tangan. Pemerintah sudah memberikan fasilitas untuk warganya, mengapa warganya sendiri tidak merawat fasilitas tersebut? Karena keindahan kota atau daerah bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk dinikmati seluruh masyarakat.

Seperti yang apa dilakukan oleh teman saya yang memiliki hobi fotografi ini. Karena "gerah" dengan kondisi sungai yang setiap hari dilewatinya penuh dengan sampah, akhirnya dia berniat melakukan sesuatu agar sungai tersebut bersih dari sampah. Suatu waktu teman saya itu mengambil foto sungai tersebut, lalu hasilnya ditempel dekat sungai yang penuh sampah itu. Tidak lupa diberi tulisan "Inikah Sungai Dekat Rumah Kalian?"

Beberapa hari kemudian teman saya kembali lagi ke tempat tersebut dan sungainya sudah bersih. Sampah-sampahnya pun sudah tidak ada lagi. Apakah masyarakat di Indonesia pada umumnya harus diberi teguran dulu baru sadar akan lingkungan? Apakah harus menerima akibat dahulu sebelum memahami peringatan "Buanglah Sampah pada Tempatnya?". (Cerita ini dikirim oleh Windy Putri - Bandung)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya