Hewan Berbisa Itu Menggigitku di Gelapnya Hutan

Kaki tergigit hewan berbisa
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Ini pengalamanku beberapa bulan yang lalu, tepatnya saat bulan Ramadhan. Aku dan teman-teman pergi berekspedisi ke kawasan Taman Nasional Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat untuk mencari dan mengumpulkan data potensi keanekaragaman hayati, seperti mamalia, burung, herpetofauna (katak dan amfibi), kupu-kupu, flora, dan ekowisata. Kami dari Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) Fakultas Kehutanan IPB, pergi ke NTB kurang lebih 20 hari untuk kegiatan tersebut.

Untuk mencakup potensi seluruh kawasan Taman Nasional Gunung Tambora, kami di bagi kedalam 4 jalur pengamatan dengan 1 jalur kurang lebih 20 orang. Aku sendiri kebagian di lokasi Doropeti. Doro itu artinya gunung, peti itu artinya peti. Jadi, menurut masyarakat Bima di sana, Doropeti artinya adalah gunung yang berbentuk seperti peti.

Dari 3 jalur yang lain, jalur Doropetilah yang paling jarang terjamah warga pendatang seperti ku dan teman-teman. Karena 3 jalur yang lain sudah cukup umum didatangi sebagai jalur pendakian ke bibir kawah Gunung Tambora yang megah itu.

Kondisi jalur Doropeti juga sangat mengagumkan. Masyarakat lokal sampai-sampai menyebutkan bahwa gunung ini sebagai “Gunung Harta”. Ada yang tahu kenapa? Itu masih rahasia, karena pada kesempatan ini aku tidak akan membahas itu, tapi membahas sesuatu yang lebih menarik lagi. Check it out...

Aku akan memulai cerita dengan membahas sedikit tentang kegiatan kami di Doropeti. Di Jalur Doropeti ada sekitar 20 orang, termasuk Polisi Kehutanan dan masyarakat lokal sebagai pendamping kami. Setiap pagi, kami akan berpencar di kawasan hutan untuk melakukan pengamatan dan pengambilan data sesuai keahlian kami masing-masing, khususnya mamalia, burung, kupu-kupu, flora, dan ekowisata. Sedangkan pada malam hari hanya teman-teman dari herpetofauna dan mamalia yang pergi ke tengah hutan untuk melakukan pengambilan data sedangkan yang lain menunggu di tenda/camp.

Ada tiga tenda di jalur kami, pertama untuk perempun, yang kedua untuk laki-laki, dan yang terakhir adalah untuk pendamping. Tapi saat malam hari kami biasanya berkumpul di tenda laki-laki untuk solat Tarawih, membahas hasil pengamatan, dan menunggu teman-teman yang sedang mengambil data, yakni mamalia dan herpetofauna.

Masalah air biasanya adalah menjadi masalah yang paling penting bagi kami, khususnya perempuan sepertiku. Setidaknya apabila ingin buang hajat di malam hari, karena tidak mungkin bagi kami pergi ke sungai. “Pantangan” kata masyarakat lokal buat para gadis berada di sungai saat magrib atau malam hari. Oleh karena itu kami biasanya akan menyiapkan air secukupnya apabila pada malam hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Lagi-lagi karena kami perempuan, ada banyak rahasia yang sangat kami jaga ketika berada dekat dengan para laki-laki, apalagi di tengah hutan yang notabene terdapat macam-macam cerita mistis yang menghantui. Salah satu contohnya yakni masalah buang air. Bagi kami, semak-semak di dekat tenda adalah sesuatu yang sangat berharga saat berada di tengah hutan. Sudah tertulis disana dengan jelas ini “toilet wanita”. Hehehehe dan ini lagi-lagi sangat penting, khusunya saat malam hari.

Jam menunjukkan pukul 18.30 WITA. Kami baru saja selesai berbuka puasa dan makan malam. Tiba-tiba hujan turun perlahan. Kami bergegas masuk ke tenda masing-masing. Teman-teman dari herpetofauna dan mamalia memutuskan untuk tidak pergi ke tengah hutan untuk pengambilan data, demi alasan keamanan dan keselamatan mereka. Kami pun memutuskan untuk segera salat Maghrib, Isya serta melanjutkan dengan salat Tarawih.

Sebelum salat Tarawih dimulai, aku meminta izin pergi untuk buang air kecil. Aku bergegas mengambil dan memasangkan headlamp ke kepala, dengan membawa ember air aku pergi ke “toilet wanita” yang jaraknya tidak jauh dari tempat kami berkumpul. Saat itu hujan masih turun cukup deras, segera aku habiskan keperluanku karena kalau tidak aku akan basah kuyup. Dengan berlari-lari kecil aku meninggalkan “toilet wanita” itu. Tiba-tiba..saat kakiku melangkah ke tenda panggung tempat kami berkumpul. Aku berteriak dengan kencangnya, memecah kebisuan malam yang dingin itu. Aaaaaaa.......aaaaa.......

Entah apa yang telah menyengat kaki kiri ku, entah apa yang telah mematuk kakiku, rasanya sakit sekali. Teman-teman di tenda semuanya panik, ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Kulihat ada bekas gigitan atau sengatan di kaki kiriku. Takut, itulah yang paling aku rasakan. Terbayang wajah kedua orang tuaku di rumah. “Ya Allah, gigitan apakah ini, tidak pernah kurasakan sebelumnya, lindungilah aku Ya Allah..”.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Beberapa menit setelah itu, aku merasakan sesuatu telah terjadi di dalam tubuhku. Mual, panas dingin, haus yang teramat sangat, rasa sakit dan kram di kaki kiri ku. Sakit sekali dan berdenyut-denyut. Dengan sigapnya teman-teman memberikan air susu dan madu hangat untukku. Aku berusaha untuk tidak panik, dalam hati aku berkata “Aku baik-baik saja, dan akan baik-baik saja”. Gigitannya persis seperti digigit ular, tampak giginya tertancap di kakiku.

Malam itu adalah malam yang tidak akan pernah aku lupakan. Semalaman aku tidak bisa tidur. Rasa sakitnya benar-benar membuatku tidak berdaya. Teman-teman ku sudah lelap dan aku masih terjaga sampai pukul tiga malam dan semuanya langsung kubangunkan untuk bersiap makan sahur. Kakiku mulai membengkak dan selera makanku benar-benar hilang rasanya.

Setelah makan sahur, aku juga tidak kunjung bisa tidur. Selain kaki ku yang membengkak dan sakit, ada rindu yang teramat sangat kepada ibuku di rumah. Yang kupikirkan hanya kedua orang tuaku, bagaimana aku bisa menghubungi mereka. Kami semua harus pergi ke puncak-puncak bukit untuk bisa mendapatkan sinyal, itupun hanya beberapa sinyal saja.

Setelah kira-kira pukul 06.00 WITA.  Aku bergegas untuk pergi mendaki bukit berharap sinyal bersahabat dan bisa menghubungi kedua orang tua ku. Dengan tertatih-tatih, aku menggerak-gerakkan handphone temanku, berniat mencari sinyal. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menelepon kedua orang tuaku. Yah, sudah bisa ditebak apa yang terjadi saat telepon itu terhubung, menangis. Setelah mendengar suara orang tuaku, setidaknya ada sedikit rasa tenang yang kurasakan.

Beberapa jam kemudian, ada masyarakat lokal dari masyarakat Bima yang menghampiri tenda kami. Rupanya pendamping kami telah memanggilkan orang yang bisa mengobati rasa sakit karena gigitan hewan berbisa. Bapak itu melihat kondisi kakiku, dan berkata bahwa ular hijau yang telah menggigitku. Entahlah, aku tidak peduli lagi masalah kebenaran itu. Dia meminta segenggam beras dan beberapa siung bawang putih. Bahan-bahan itu dimasukkan ke dalam mulut dan dikunyahnya semua dan langsung disemburkan ke kakiku. Dengan mulut yang komat-kamit sambil terus menyemburkan bawang dan beras tersebut.

Singkat cerita, kakiku Alhamdulillah perlahan mulai membaik. Hanya kurang lebih dua hari, bengkaknya pun mulai berkurang. Sampai detik ini, tidak ada yang tahu pasti hewan apa yang telah menggigitku. Biarkanlah menjadi misteri. Terkadang masih sering aku rasakan gatal di sekitar bekas gigitan. Bahkan bekas gigitannya pun masih jelas terlihat.

Setelah kejadian ini, aku ingin berpesan kepada teman-teman khususnya yang sering berkegiatan di dalam hutan, jangan lupa untuk menaburkan garam di sekitar tempat tidur. Karena dari pengalaman, banyak satwa yang tidak menyukai garam termasuk ular. Jangan lupa membawa obat-obatan pribadi, menghubungi masyarakat sekitar dan menanyakan kegiatan-kegiatan yang mungkin dilarang untuk dilakukan di dalam hutan.

Bila sampai terjadi sesuatu usahakan untuk tidak panik, dan berdoalah di manapun berada. Untuk ke sekian kalinya hutan memberikan pelajaran berharga bagiku. Tetaplah semangat dan berpikir positif apapun yang terjadi padamu. Karena sesungguhnya semangatmu akan membuat Tuhan berpikir dua kali untuk menelantarkan umatNya. (Cerita ini dikirim oleh Lepi Asmala Dewi – Bogor)

KKN 136 UMM Adakan Penyuluhan Pemanfaatan Serbuk Kayu
Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016