Melodi Alam di Musim Hujan

Pemandangan alam di Nunukan
Sumber :
  • http://ibraandi.wordpress.com

VIVA.co.id - Kemarau panjang di negeri ini berangsur tersapu curahan air dari langit. Pepohonan kembali menghijau, menumpahkan tetesan air di pagi hari. Menyambut matahari dengan suka cita, bergoyang meliuk-liukkan rantingnya seakan turut bergembira dan bersyukur pada Sang Pencipta akan limpahan karunia yang begitu dirindukan di seantero negeri.

Udara panas berganti kesejukan, tambah segar dengan pemandangan alam yang baru saja kulihat. Ya, baru saja aku pindah ke rumah kontrakan ini yang suasananya masih asri, dikelilingi persawahan nan hijau. Inilah musim hujan pertamaku di rumah ini.

Terkadang hujan identik dengan rasa malas, ingin selalu berteman dengan selimut dan kasur. Tapi apa daya, pagi hari aku harus bergegas bekerja dan sore harinya diteruskan dengan kuliah. Kebetulan saja pagi ini aku tidak bisa bekerja karena kurang enak badan. Batuk, pilek, demam dan hujan membuatku tetap harus bertahan dikasur.

Jika aku bisa bolos kerja maka tidak dengan kuliah, karena ini menjelang akhir-akhir semester dan semua mata kuliah penting untuk menunjang skripsiku. Selepas Maghrib, kukenakan jas hujan dan kupacu sepeda motorku menuju kampus.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Sepanjang jalan terpampang keindahan alam yang begitu nyata. Dengan suara batuk yang masih terkekeh, aku pun tertegun dengan persawahan yang sedikit gelap namun masih jelas hijaunya. Ada hal menarik yang membuatku untuk mematikan sepeda motorku disini, yaitu suara alam.

"Krook, krook, krook "
"Tak, tak, tak"

Melodi alam di musim hujan membuat suasana tambah indah. Suara katak besahutan di antara dinginnya semak belukar. Ditambah suara desisan dedaunan, dan cucuran air hujan. Semua bersatu padu bak sebuah konser, konser alami yang lahir dari alam. Inilah konser alam yang selalu aku rindukan di sela-sela hiruk pikuk perkotaan.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Keindahan alam tidak pernah habis, manusialah yang membuatnya terkikis. Keindahan alam akan tetap asri, jika manusia mampu membuatnya lestari.

Sepuluh tahun kemudian, entahlah apa konser alam ini akan tetap ada atau sudah berubah menjadi bangunan pencakar langit. Semua berharap indahnya alam maka jagalah keindahannya.

Untukmu alam, aku menulis ini. Semoga kelak kau masih bisa menggelar konser ini, konser yang begitu memanjakan telinga-telinga setiap orang yang berpacu dengan waktu sepertiku. (Cerita ini dikirim oleh Risa Rejeki Tristiyani)

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016