Rumah Badak Bukan semata Bumi, Tapi Hati

Badak Jawa
Sumber :
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
-Menurunnya populasi badak di Indonesia menjadi satu keprihatinan di kalangan pecinta lingkungan. Hal ini berarti eksistensi mamalia berkulit tebal ini semakin langka di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat dua spesies badak yakni Badak Jawa dan Badak Sumatera. 

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) Banten, Mochamad Haryono menyatakan, hasil monitoring BTNUK mencatat bahwa sampai tahun 2014 hanya 57 ekor badak tersisa dari 60 ekor jumlah yang ada sebelumnya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Hampir serupa dengan Badak Jawa, dalam satu dekade terakhir, Badak Sumatera juga mengalami kemerosotan populasi hingga separuhnya. Yang semula sekitar 160 ekor menjadi hanya sekitar 80 ekor. Hal ini diungkapkan oleh Tachrir Fathoni, Kepala BPPSDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Melihat begitu banyaknya penurunan kuantitas populasi badak, mencari tahu penyebabnya tentu menjadi salah satu upaya preventif agar tidak terjadi kepunahan massal pada spesies ini.

1. Hilangnya Habitat 
Pada dasarnya, badak suka hidup di hutan dengan vegetasi lebat. Selain memudahkan mencari makan, banyaknya kubangan yang terbentuk oleh alam maupun hewan-hewan singgah sebelumnya menjadi alasan mudahnya badak mendapatkan nutrisi bagi kesehatan tubuhnya. 

Namun, rusaknya hutan akibat perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab semakin mendesak keberadaan badak menuju kepunahan. Selain itu, adanya penebangan liar, pengalihan lahan dari kawasan hutan menjadi lahan perkebunan dan tambang juga mengakibatkan hilangnya habitat badak.

2. Perburuan Liar
Menurut Haerudin R. Sadjudin, Program Manajer Konsorsium Yayasan Badak Indonesia (YABI,YAPEKA & WCS-IP) Siklus III TFCA-Sumatera, sampai saat ini diyakini bahwa perburuan Badak Sumatera di Gunung Leuser dan beberapa tempat di Kalimantan masih berlangsung. Informasi dari para pemburu liar, selama dekade 2000-2010 lebih dari 50 individu Badak Sumatera di Bukit Barisan Selatan telah diburu.

Kerjasama semua pihak baik pemerintah maupun organisasi non pemerintah tentu amat diperlukan sebagai upaya pencegahan sekaligus pelarangan. Sadar maupun tidak, kemerosotan jumlah badak akibat perburuan liar lebih tinggi ketimbang peningkatan jumlahnya akibat kelahiran.

3. Bencana Alam
Faktor yang juga mengancam kelangsungan hidup badak sekaligus sulit dihindari kejadiannya tentu saja bencana alam. Lokasi konservasi yang rawan bencana seperti letusan Gunung Krakatau, gempa bumi, dan tsunami memungkinkan populasi badak semakin berkurang bahkan menghilang. Selain itu, wabah penyakit dan tumbuh lebatnya tanaman Langkap yang mencegah pertumbuhan makanan alami serta kurangnya kelahiran badak itu sendiri menjadi perhatian yang serius bagi ahli konservasi. 

Menyimak ulasan di atas, badak membutuhkan sebuah rumah yang menjamin keberlangsungan hidupnya tetap terjamin. Sebuah tempat ‘bersembunyi’ dari keusilan tangan manusia serta tempat aman yang  memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terjadinya bencana.

Rumah yang Nyaman Dalam Kasih-Sayang-Kepedulian “MANUSIA”

Selain memperluas atau bahkan memindahkan lokasi tempat tinggal badak, dengan mencari habitat alami atau bahkan membuat hutan buatan, kesadaran masyarakat luas akan pentingnya kehidupan badak juga perlu ditingkatkan. Melihat fakta bahwa merosotnya populasi satwa langka ini disebabkan oleh manusia. Akan sia-sia jika tempat konservasi baru bagi badak, senyaman apapun, tidak dibarengi kepedulian yang ditanamkan secara terus-menerus.

Kini, organisasi pecinta lingkungan seperti WWF Indonesia dapat menjadi sebuah komunitas yang memberikan penyuluhan atau pembekalan pemahaman akan pentingnya keberadaan badak bagi generasi di masa depan. Anak-anak sekolah dasar dan menengah dapat dibidik sebagai target utama peserta penyuluhan. Dengan menanamkan kecintaan pada ragam flora dan fauna, keterlibatan anak-anak ini akan melahirkan generasi yang menjaga bumi sebagai lingkungan tempat tinggalnya.

Tersebab hutan seindah apapun tak akan terlihat indah sebagai rumah tanpa adanya ‘kesadaran’ manusia, tumbuh suburnya ‘penjaga’ badak sama pentingnya dengan keberadaan badak itu sendiri. Itulah alasan bahwa rumah yang nyaman bagi badak bukan semata bumi tempatnya berpijak, namun hati manusia tempat kasih sayang dan kepedulian terhadap badak senantiasa terawat. (Cerita ini dikirim oleh Hana Hammed)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya