Rumah Nyaman untuk Badak, Tanggung Jawab Bersama

Kelahiran Badak Sumatra
Sumber :
  • ANTARA/ M Agung Rajasa

VIVA.co.id - Badannya gemuk, bermoncong agak panjang. Kaki dan ekornya pendek. Tingginya berkisar antara 140–170 cm, lebih pendek dari kuda. Di atas moncongnya, bercokol sebuah cula mini dengan ukuran 20-27 cm. Siapakah dia?

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Yup, dia adalah badak bercula satu atau Badak Jawa. Hewan bernama latin rhinoceros sondaicus ini merupakan salah satu hewan khas negeri kita, karena habitat alaminya ada di Indonesia. Tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Karena itulah, maskot TNUK berupa badak bercula satu. 

Walau disebut Badak Jawa, dulunya hewan berwarna abu-abu kehitam-hitaman ini menyebar ke penjuru Nusantara, sepanjang Asia Tenggara, Cina, hingga India. Namun lama kelamaan, populasinya berkurang yang disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti perburuan liar, konversi hutan menjadi lahan sawit, menurunnya daya dukung habitat badak itu sendiri, serta beberapa ancaman lain, yang datang dari alam maupun dari manusia. 

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Akibatnya, Badak Jawa dikategorikan dalam status kritis terancam punah berdasarkan Red List Data Book yang dikeluarkan oleh International Union for Conversation of Nature (IUCN). Sementara itu, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) menggolongkan Badak Jawa ke dalam Appendix I sebagai jenis fauna yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah.

Faktanya, kini sekitar 35 ekor Badak Jawa saja yang dilindungi pemerintah di TNUK. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan usaha penyelamatan sekaligus pelestarian hewan yang hobi berkubang ini. 

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Seperti kita ketahui, TNUK tak hanya memelihara Badak Jawa saja, tapi juga menampung binatang langka lainnya, seperti banteng (Bos javanicus), macan tutul (Panthera pardus), rusa (Cervus timorensis), kutung (Presbytis cristata), kucing batu (Felis bengalensisi), dan ajag (Cuon alpinus).

Sifatnya yang sensitif terhadap lingkungan sekitar, menjadikan Badak Jawa sebagai kunci keberhasilan penyelamatan hewan langka lainnya dari kepunahan. Selain itu, karena sifat umumnya yang hanya bisa melahirkan satu anak seumur hidup, sehingga membuat populasi Badak Jawa tidak bertambah secara signifikan, maka perlu upaya serius dalam pelestariannya. 

Selama ini upaya konservasi dan perlindungan Badak Jawa terpusat di TNUK. Hanya saja, letak TNUK di ujung barat Pulau Jawa, yang berdekatan dengan Gunung Krakatau, berpotensi dilanda bencana gempa, tsunami, meletusnya gunung berapi sewaktu-waktu.

Wajah TNUK yang berupa hutan hujan tropis dataran rendah, juga berpotensi dilanda kebakaran hutan yang dapat mengancam keberlangsungan konservasi Badak Jawa. Karena itu, patut dipertimbangkan pembagian tugas penanganan pelestarian Badak Jawa kepada cagar alam atau taman nasional lain. Salah satunya melalui upaya translokasi, yakni pemindahan keseluruhan atau sebagian hewan dari habitat asal ke habitat baru. 

Dengan metode translokasi, nantinya akan tercipta ‘kantong-kantong’ pelestarian badak yang baru, sehingga ancaman kepunahan lokal akibat kondisi geografis bisa diminimalisir. Hanya saja, proyek translokasi tersebut masih dalam tahap pengkajian, diantaranya soal mekanisme dan daerah sasaran translokasi.

Hasil riset sementara WWF sendiri mengidentifikasi Taman Nasional Halimun yang terletak di Gunung Salak, merupakan habitat yang cocok untuk dihuni Badak Jawa dan letaknya tak begitu jauh dari Ujung Kulon. Namun, tak tertutup kemungkinan ada cagar alam/taman nasional lain yang juga aman ditempati badak bercula satu. Mari kita tunggu, hasil riset WWF berikutnya.

Badak Jawa merupakan aset penting bangsa Indonesia, yang harus dipertahankan keberadaannya demi keseimbangan alam pertiwi. Penyelamatan, perlindungan, dan pelestarian Badak Jawa, serta hewan langka lainnya, bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah dan organisasi pemerhati satwa, melainkan tanggung jawab bersama.

Hal ini karena melibatkan juga institusi pendidikan, swasta, dan masyarakat umum/awam. Bila pemerintah telah berperan serta dalam penetapan Undang-Undang atau peraturan seputar pengelolaan sumber daya hayati, pihak lain tak kalah penting perannya.

Pihak swasta (melalui CSR), institusi pendidikan dan organisasi pemerhati satwa/LSM misalnya, dapat bekerja sama mengelola tempat penelitian, pemeliharaan, perlindungan, dan pengembangbiakan Badak Jawa, katakanlah berupa Rhinoceros Sondaicus Sanctuary (RSS).

Sementara itu, masyarakat awam dapat mengambil peran sebagai pengadopsi Badak Jawa via program Rhino Care-nya WWF. Sebagaimana dijelaskan di website WWF Indonesia, program Rhino Care mempunyai sejumlah paket adopsi Badak Jawa. Paket adopsi yang berupa donasi ini, beragam nilainya mulai dari basic, yaitu donasi Rp250 ribu hingga platinum Rp 100 juta. Masyarakat yang berdonasi tugasnya sebatas ‘orang tua angkat’, sedangkan pengurusan hewan tersebut tetap dilakukan oleh kalangan profesional. 

Namun memang, untuk menggerakkan masyarakat awam agar mau berdonasi adalah tantangan tersendiri, mengingat kesadaran mereka masih rendah. Maka dari itu, perlu upaya membangun kepedulian publik akan pentingnya pelestarian Badak Jawa.

Dahulu WWF pernah bekerja sama dengan komunitas pehobi lari IndoRunners, menyelenggarakan Run Rhino Run (3R). Tujuan 3R tersebut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kondisi Badak Jawa yang terancam punah. Ada baiknya WWF menggelar acara serupa secara kontinyu, bisa dengan komunitas yang sama atau menggandeng komunitas lain. Acaranya pun bisa di TNUK atau di lokasi berbeda.

Selain itu, tak kalah penting edukasi seputar pelestarian Badak Jawa via talkshow di radio, stasiun TV, sekolah, maupun melalui penulisan buku cerita. Poin yang ingin saya sampaikan adalah kita semua punya peran atau andil yang sama, yakni sebagai duta penyelamatan Badak Jawa.

Bila semua stake holder semangat dalam melestarikan Badak Jawa, niscaya Rumah yang Nyaman Untuk Badak lebih cepat tercapai. Diharapkan, Badak Jawa akan terjamin keamanan populasinya (Cerita ini dikirim oleh Ditalis Ramil, Jakarta)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya