Translokasi Badak

Ujung Kulon
Sumber :
  • U-Report
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Enam puluh juta tahun yang lalu diperkirakan terdapat 30 jenis badak yang hidup di bumi. Tetapi saat ini hanya ada lima jenis badak yang masih tersisa hidup di dunia. Tiga jenis di Asia dan dua jenis di Afrika. Dari tiga jenis badak yang hidup di Asia, dua di antaranya hidup di Indonesia kedua jenis badak yang terancam punah tersebut adalah Badak Jawa (
Rhinoceros Sondaicus
Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
) dan Badak Sumatera ( Dicerorhinus Sumatrensis
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
).

Beberapa tahun terakhir ini jumlah badak tidak mengalami peningkatan berarti. Maka daripada itu dilakukan upaya untuk melestarikan spesies ini. Seperti menetapkan Ujung Kulon sebagai taman nasional melalui surat keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Penetepan ini juga bersamaan dengan UNESCO yang menetapkan kawasan seluas 120.551 hektar tersebut sebagai warisan alam dunia (The Natural World Heritage Site) dengan surat keputusan nomor SC/Eco/5867.2.409 Tahun 1992.  

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah yang tersisa dan terluas di Pulau Jawa, serta tempat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini, yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan.

Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis reptilia, 22 jenis amfibia 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan, dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak adalah banteng (Bos javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata), lutung (Trachypithecus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).

Meskipun Taman Nasional Ujung Kulon merupakan rumah yang nyaman bagi badak. Populasi badak tidak mengalami peningkatan. Ada beberapa hal yang menyebabkan populasi badak tidak mengalami peningkatan di antaranya sebagai berikut:

1. Luas Habitat

Ketimpangan antara luas areal hutan konservasi dengan jumlah populasi badak yang hanya sekitar 50 ekor menjadikan sulitnya terjadi pertemuan antara badak jantan dan betina untuk melakukan perkawinan kondisi habitatnya di Semenanjung Ujung Kulon (39.000 Kilometer persegi). 

2. Pola Hidup Soliter

Berbeda dengan hewan kebanyakan yang hidup dalam kelompok besar. Badak lebih menikmati hidup menyendiri atau hidup kelompok kecil. Hal ini menyebabkan perkembangbiakan menjadi lambat. Badak juga membutuhkan perhatian yang lebih karena rentan terhadap gangguan hewan lain dan manusia.

3. Pendeknya Masa Birahi

Badak betina kematangan seksualnya dicapai pada umur 5-7 tahun, sedangkan badak jantan pada usia 10 tahun. Masa birahi pendek badak merupakan salah satu penyebab stagnansi badak selama ini.

4. Sensitivitas Tinggi

Hewan badak dikenal memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap pengaruh lingkungan. Sedikit gangguan akan membuat badak stress yang mengakibatkan ekosistem terganggunya proses perkembanganbiakan bahkan dapat berujung pada kematian.

Berkaitan dengan hal tersebut terlalu beresiko apabila pelestarian badak hanya dilimpahkan pada Taman Nasional Ujung Kulon. Translokasi perlu dijadikan bahan pertimbangan. Translokasi adalah memindahkan seluruh atau sebagian satwa dari tempat asalnya ke tempat lain yang habitatnya sesuai.

Konsep translokasi ini merupakan suatu upaya pemindahan beberapa ekor badak ke sasaran translokasi sehingga terbentuk kantong-kantong konservasi badak baru. Dengan demikian konservasi badak tidak hanya terpusat pada satu tempat dan ancaman kepunahan dapat diminimalkan. 

Beberapa hal yang perlu dikaji sebelum translokasi:

1. Diperlukan kajian terhadap lokasi

Lokasi baru tersebut setidaknya harus memiliki sejarah  pernah menjadi tempat tinggal badak di masa lalu dan memiliki ketersediaan pakan badak yang mencukupi. Selain itu perlu ditelaah mengenai kesamaan topografi, jenis tanah, tipe vegetasi, ketersediaan air di tempat tujuan translokasi, dan kondisi sosial budaya masyarakat di sekitar sasaran translokasi.

2. Kondisi badak yang dipindahkan

Harus dilakukan pemeriksaan kondisi badak yang akan dipindahkan. Pemeriksaan tersebut meliputi kondisi fisik dan umur.

3. Proses pemindahan badak

Proses pemindahan badak perlu dikaji. Apakah badak akan tahan dibawah melalui jalan darat atau harus melalui udara. Karena badak salah satu hewan liar tentu harus dihindari perubahan perlakuan yang mendadak agar badak tidak mengalami stress. Bila translokasi dilaksanakan, langkah yang terbaik adalah melalui jalur udara. Karena lebih cepat, badak tidak terlalu lama tersiksa.

Dampak translokasi ini adalah badak mendapat rumah yang nyaman sebagai tempat tinggal dan dapat berkembang biak. (Cerita ini dikirim oleh M. Firma Fikri, Palembang, Sumatera Selatan) 

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya