Konservasi Sebagai Cara Wujudkan Rumah Nyaman untuk Badak

Badak Jawa
Sumber :
  • Cerita Anda

VIVA.co.id - Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih terdapat populasi badak terkonsentrasi di beberapa taman nasional. Dahulu kala, badak dengan spesies seperti Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dengan mudah ditemukan di sepanjang Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Akan tetapi saat ini, berdasarkan daftar merah IUCN Badak diklasifikasikan sebagai salah satu mamalia besar yang sangat terancam kepunahan (Critically Endangered).

Ada perbedaan di antara Badak Sumatera dan Badak Jawa, Badak Sumatera memiliki postur tubuh lebih kecil, bercula dua, dan tersebar di beberapa lokasi di Pulau Sumatra. Sedangkan Badak Jawa memiliki postur tubuh lebih besar, bercula satu, dan hanya tersebar di daerah Ujung Kulon, Pulau Jawa. Penurunan jumlah populasi badak disebabkan oleh aktivitas manusia  seperti perburuan liar badak di masa lalu dan deforestasi, berkurangnya keragaman genetis, degradasi dan hilangnya habitat yang berpengaruh pada habitat dan populasi badak.

Masalah juga muncul dari habitat Badak Jawa saat ini di Taman Nasional Ujung Kulon seperti serangan penyakit, ancaman dari bencana alam seperti tsunami, letusan Gunung Krakatau, dan gempa bumi. Adanya kompetisi antara badak dengan banteng dan invasi langkap (arenga) menyebabkan bada mengalami kekurangan sumber pangan dan ruang jelajah akibat populasi banteng yang terus meningkat di Taman Nasional Ujung Kulon.

Kapasitas ruang dari Taman Nasional Ujung Kulon juga berpengaruh pada populasi Badak Jawa terutama dalam upaya penangkaran populasi Badak Jawa dibutuhkan lokasi yang menampung Badak Jawa lebih banyak dan habitat yang sesuai. Oleh karena itu, dilakukan upaya konservasi badak untuk mewujudkan rumah yang nyaman untuk badak dengan cara konservasi in situ yaitu mengoptimalkan fungsi penangkaran Taman Nasional Ujung Kulon dan membuat konservasi second population sedangkan konservsi ex situ yaitu kebun plasma nutfah sebagai opsi yang dapat dikembangkan di masa depan.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi penangkaran Taman Nasional Ujung Kulon dan konservasi 2nd population yaitu:


1. Kajian untuk Menetapkan Habitat yang Sesuai dan Observasi Habitat Badak

Kajian dilakukan untuk menentukan habitat baru yang sesuai untuk badak melalui proses penelitian, pemilihan, dan pelaksanaan contohnya, Taman Nasional Halimun Gunung Salak. Observasi habitat badak dilakukan untuk menganalisa habitat badak yang digunakan saat ini agar diketahui potensi dan masalah yang ada.

2. Pemilihan Individu yang Cocok sebagai Founder

Dengan cara memilih sepasang badak pilihan, yang atas dasar kajian ilmiah merupakan bibit unggul berdasarkan informasi genetik DNA untuk melakukan proses perkembang biakan yang dapat meningkatkan populasi badak.

3. Proses Adaptasi

Proses dilakukan dengan cara melokalisir badak dengan bibit unggul yang dipilih sebelum dipindahkan agar dapat menyesuaikan diri dengan habitat baru melalui fasilitas semi-captive dan pemantauan kesehatan yang intensif serta melihat kemampuan adaptasi/seleksi.

4. Proses Pemindahan

Proses ini menentukan keberhasilan karena dibutuhkan usaha untuk dapat memindahkan badak dari habitat sebelumnya ke habitat yang baru dan proses penyesuaian diri badak dengan habitat barunya berjalan lancar. Pemindahan dilakukan dengan cara capture (bius atau perangkap), togging / radio collar serta transportasi dari lokasi ke fasilitas adaptasi dan transportasi dari fasilitas adaptasi ke habitat yang baru.

5. Pemantauan Pasca Pemindahan

Pemantauan dilakukan untuk mengamati kondisi fisik dan mental badak setelah dipindahkan dari habitat yang lama dengan cara protokol pemantauan kesehatan, pemantauan perilaku, rapid response unit di habitat baru, pemantauan home range dan pola makan.

Apabila upaya konservasi in situ dengan cara konservasi 2nd population dapat terealisasikan, upaya selanjutnya ialah membuat kebun plasma nutfah sebagai bagian dari konservasi ex situ untuk dapat mengembangkan badak bibit unggul sabagai upaya penangkaran badak dan habitat yang sesuai di masa depan.

Upaya untuk menciptakan kesadaran dan sense of belonging di masyarakat juga penting agar masyarakat peduli dan berupaya untuk menjaga kelangsungan hidup agar tidak terancam dari kepunahan. Alhasil, konservasi badak sebagai cara mewujudkan rumah yang nyaman untuk badak bukan sekadar wacana melainkan upaya nyata yang dapat direalisasikan. (Cerita ini dikirim oleh Muhammad Ilham Karim, Bekasi, Jawa Barat)

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

(Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?")

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016