Indonesia, Rumah untuk Kelestarian Badak

Sungai Cigenter merupakan sungai yang terdapat dalam Pulau Handeuleum, sebuah pulau kecil di gugusan Pulau Taman Nasional Ujung Kulon.
Sumber :

VIVA.co.id - Indonesia adalah negara tropis, rumah bagi beraneka ragam flora dan fauna. Salah satu fauna langka di dunia, ada di Indonesia yaitu badak. Badak adalah mamalia pemakan tumbuhan atau herbivora. Badak merupakan famili Rhinocerotidae, ordo Perissodactyla, genus Rhinoceros.

Berdasarkan Yayasan Badak Indonesia, pada 60 juta tahun yang lalu tercatat 30 jenis badak yang hidup di Bumi. Namun, saat ini hanya tersisa lima spesies. Yaitu Badak Hitam atau Diceros bicornis longipes, Badak Putih atau Ceratotherium Simum, Badak India atau Rhinoceros Unicornis (Linnaeus, 1758), Badak Sumatera atau Dicerorhinus Sumatrensis (Fischer, 1814) dan Badak Jawa atau Rhinoceros Sondaicus (Desmarest, 1822) .

Jumlah Badak Hitam (Diceros bicornis longipes) yang hidup liar mencapai 5.055 ekor. Terdapat di Kenya, Tanzania, Ethiopia, Rwanda, Uganda, Afrika Selatan, Namibia, dan Zimbabwe. Badak Hitam merupakan badak bercula dua. Dengan usia hidup 30-35 tahun di alam liar dan 45 tahun di penangkaran. Berat badan 700-1.300 kilogram dengan tinggi 1,5 meter dan panjang 3-3,8 meter.   

Badak Putih (Ceratotherium Simum) berjumlah sekitar 20.170 ekor. Badak bercula dua ini hidup di Kongo, Afrika. Badak Putih dapat hidup 50 tahun. Berat badan 1.800-2.700 kilogram, tinggi 1,5-1,8 meter dan panjang 3,8-5 meter.

Badak India (Rhinoceros Unicornis) disebut the greater one-horn rhino adalah badak bercula satu yang hidup di wilayah India dan Nepal. Dengan jumlah 3.333 ekor. Berat badan 1.800-2.700 kilogram, tinggi 1,75-2 meter dan panjang 3-3,8 meter.

Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dahulu tersebar di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Malaysia. Namun, saat ini hanya ditemukan di Indonesia dan Sabah, Malaysia. Badak Sumatera merupakan badak bercula dua yang memiliki bulu di badannya atau hairy rhino. Di Indonesia, jumlah badak ini diperkirakan kurang dari 200 ekor pada 2010 dan 109 ekor berada di Malaysia. Berat badak 600-950 kilogram. Tinggi 1-1,5 meter dengan panjang 2-3 meter.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) merupakan spesies badak bercula satu yang hidup di Indonesia dan Vietnam. Tidak hanya hidup di Jawa, badak ini dulu tersebar di Aceh sampai Lampung. Tapi, sekarang hanya tinggal 57 ekor yang terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUT), Indonesia pada 2014 dan 8 ekor di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam pada 2007.

Berat badannya mencapai 900-2.300 kilogram. Badak Jawa betina memiliki cula lebih kecil dari badak jantan atau bahkan tidak bercula. Badak Jawa mampu bertahan hidup sampai usia 45 tahun.

Populasi adalah suatu kelompok jenis fauna yang hidup pada wilayah tempat hidup tertentu. Dari lima spesies badak langka, Indonesia memiliki dua di antaranya, yaitu Badak Sumatera dan Badak Jawa. Daftar Merah badan konservasi dunia IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) memasukkan Badak Sumatera dan Badak Jawa ke dalam  kategori sangat terancam atau critically endangered.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Badak Sumatera juga terdaftar dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Apendiks I sejak tahun 1975. Mengidentifikasikan bahwa Badak Sumatera dilindungi secara internasional dari segala bentuk perdagangan.

Menurunnya populasi Badak Sumatera disebabkan oleh perburuan liar untuk pengambilan cula dan anggota tubuh lainnya. Dan faktor utamanya adalah berkurangnya habitat akibat deforestasi dan kebakaran hutan. Pemerintah Indonesia telah melindungi kelestarian badak bercula dua ini dengan membuka beberapa wilayah sebagai cagar alam.

Seperti kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (Provinsi Nangro Aceh Darussalam), Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Provinsi Bengkulu) dan Taman Nasional Way Kambas (Provinsi lampung).

Badak Jawa merupakan spesies badak yang paling langka di antara kelima spesies badak yang ada di Bumi. Karena populasinya yang menurun, disebabkan berkurangnya keragaman genetis dan degradasi serta hilangnya habitat yang merupakan faktor ancaman dari Badak Jawa, maka Indonesia terus berupaya untuk melestarikan spesies badak ini dengan membangun cagar alam.

Sejak 1931, Indonesia telah melindungi spesies ini dan diperkuat dengan penetapan Ujung Kulon di barat daya Pulau Jawa sebagai taman nasional sejak 1992 untuk pelestarian kelangsungan hidup badak. Taman nasional ini meliputi wilayah Krakatau dan Pulau Handeuleum serta Pulau Peucang. Yang mempunyai luas sekitar 122.956 Ha; termasuk 443 km² di antaranya adalah laut.

Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Krakatau, merupakan aset nasional dan telah ditetapkan sebagai  situs warisan alam dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. UNESCO juga memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan taman nasional tersebut yaitu dengan pendanaan dan bantuan teknis.

KKN 136 UMM Adakan Penyuluhan Pemanfaatan Serbuk Kayu

Pemilihan dan penempatan wilayah sebagai cagar alam untuk rumah badak disesuaikan dengan habitat aslinya. Untuk Badak Sumatera yaitu hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan atau badak ini lebih menyukai hutan bervegetasi lebat. Makanannya meliputi mangga liar dan fikus, dedaunan, kulit kayu, dan ranting kecil.

Sedangkan habitat Badak Jawa meliputi hutan hujan, dataran rendah dengan semak dan perdu, berumput atau beralang-alang dekat dengan daerah basah atau sungai. Seperti halnya formasi langkap yang dapat digunakan untuk berlindung dari buruan manusia.

WWF (World Wide Fund for Nature) Indonesia mengupayakan untuk mengembangkan rumah kedua untuk Badak Jawa dan lokasi yang diidentifikasikan aman yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang dulu merupakan habibat Badak Jawa. Ada pun keterangan menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Bogor, Ari Wibawanto, wilayah lain untuk rumah Badak Jawa yaitu Suaka Margasatwa Cikepuh dengan luas 8.127 Ha dengan topografi berbukit-bukit pada ketinggian 0-250 meter di atas permukaan laut yang berada di Kecamatan Ciemas dan Ciracap. Dan sampai sekarang masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai topografi berbukit-bukit, berhutan lebat, berawa dan dikelilingi oleh laut. Diharapkan pemanfaatan ke seluruh wilayah Indonesia dapat dilakukan yaitu dengan membuka wilayah baru untuk rumah badak dengan tujuan untuk melestarikan kelangsungan hidupnya.

Dari banyak jenis topografi di Indonesia, daerah yang tidak baik untuk kelangsungan hidup badak adalah perbukitan, lantaran daerahnya yang terjal. Karena wilayah perbukitan tidak sesuai dengan habitat asli badak. Maka diperlukan kajian terlebih dahulu terhadap suatu wilayah baru sebelum menentukan  rumah bagi badak.

Apabila wilayah baru telah ditentukan setelah mengalami proses penelitian dari segi topografi, jenis tanaman yang tumbuh maka langkah selanjutnya adalah dengan memindahkan beberapa ekor pasang badak untuk dibiarkan hidup liar di dalamnya. Rumah baru untuk badak harus jauh dari permukimam warga. Juga diperketatnya undang-undang tentang pelindungan badak serta habitat badak sehingga hukum dapat menindak tegas oknum yang merusak kelestarian dan kelangsungan hidupnya.

Ketidakhadiran badak di kebun binatang adalah suatu langkah yang tepat. Karena badak adalah binatang langka, hampir punah dengan interval kelahiran 4-5 tahun dan periode kehamilan antara 16-19 bulan. Badak juga tergolong binatang sensitif maka dari itu kehidupannya tidak ingin terusik oleh kehadiran manusia. Sehingga habitat yang paling baik adalah habitat liar dalam lingkup cagar alam atau taman nasional.

Hal-hal tersebut merupakan faktor bagi kenyamanan hidup badak sebagai habitat tempat tinggalnya. Wilayah baru tersebut diharapkan segera terealisasikan. Dengan demikian, kelestarian hidup badak dapat terus terjaga dan jauh dari kepunahan.

Kita tidak akan pernah mau memperkenalkan badak hanya dalam bentuk gambar kepada anak cucu kita. Maka kita wajib memperkenalkannya dalam bentuk nyata. Yaitu sesekali berkunjung ke habitat hidup badak dan mempelajari kehidupannya. (Cerita ini dikirim oleh Susi Wida Rahayu – Kebumen)

(Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?")

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016