Selamatkan Badak Lewat Rumah Kedua

Kelahiran Badak Sumatra
Sumber :
  • ANTARA/ M Agung Rajasa
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Shela mengalami dilema ketika saudara kembarnya Shanti mengidap sejumlah penyakit yang konon katanya hanya bisa disembuhkan dengan cula badak. Dengan dibantu dua orang rekannya, remaja SMA itu akhirnya memutuskan berburu cula badak ke Ujung Kulon demi penyembuhan saudaranya tersebut.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Namun, setelah mendapat penjelasan dari kalangan medis bahwa cula badak belum terbukti bermanfaat sebagai bahan pengobatan, Shela dan rekan-rekannya akhirnya berpetualang untuk menggagalkan aksi licik sekelompok pemburu cula Badak. Lewat pertarungan yang seru, Shela dan rekan-rekannya akhirnya berhasil menyelamatkan hewan langka dari perburuan manusia-manusia jahat.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Kisah tersebut merupakan sinopsis dari film 'Mengejar Lorong Badak' garapan komunitas film indie Banten, Kremov Picture. Film yang disutradarai Darwin Mahesa dan rilis pada September 2012 tersebut berkisah tentang pelestarian Badak Jawa (Rhinocheros Sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Sejak tahun 1990-an, kasus perburuan liar badak Jawa memang sudah tidak ditemukan lagi. Penegakan hukum yang ketat oleh otoritas TNUK membuat hewan langka ini mampu bertahan dari kepunahan para pemburu. Apalagi sejak dibangunnya TNUK pada tahun 1992, habitat dan populasi hewan bercula tersebut terus dipantau. 

Namun, meski ancaman dari pemburu liar sudah tidak ada lagi, kepunahan masih terus menghantui hewan ini. Data World Wide Fund for Nature (WWF) menyebutkan, hanya ada sekitar 50 ekor individu badak jawa yang hidup di alam liar.

Sehingga spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah Serikat Konservasi Alam Internasional (IUCN). TNUK pun menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi badak Jawa, setelah populasi badak Jawa di Vietnam telah dinyatakan punah.

Menurut data WWF, ancaman terbesar bagi populasi badak Jawa adalah populasi Badak Jawa yang sedikit yang menyebabkan rendahnya keragaman genetis. Sehingga hal ini dapat memperlemah kemampuan Badak Jawa dalam menghadapi wabah penyakit atau bencana alam seperti erupsi gunung berapi dan gempa.

Selain itu, WWF juga menyebut ancaman terbesar lainnya adalah hilangnya habitat, yaitu meningkatnya kebutuhan lahan akibat pertumbuhan populasi manusia. Pembukaan hutan untuk pertanian dan penebangan kayu komersial di sekitar dan di dalam kawasan lindung tempat spesies ini hidup.

Dua ancaman ini harus menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Terlebih, lokasi Ujung Kulon yang kini menjadi tempat pelestarian hewan tersebut berdekatan dengan Gunung Krakatau yang masih aktif. Selain itu, potensi gempa tektonik juga sangat besar terjadi karena letak kawasan yang berada pada pertemuan lempeng benua Eurasia dan Indo-Australia.

Secara luas wilayah, sebenarnya tidak ada masalah dengan TNUK. Ketersedian makanan untuk Badak Jawa di TNUK pun mencukupi. Namun, ibarat keranjang telur, jika keranjang itu rusak, maka telur akan ikut rusak, sangat diperlukan keranjang yang lain sebagai tempat menaruh telur.   

Cara yang harus dilakukan adalah sesegera mungkin mencari habitat kedua bagi Badak Jawa. 'Rumah baru' yang nyaman dan bebas dari ancaman menjadi hal yang wajib dibuat oleh pemerintah demi kelestarian hewan ini.

Rumah baru untuk Badak Jawa nantinya haruslah menyerupai karakteristik TNUK. Misalnya ketersediaan makanan bagi Badak Jawa, yang paling tidak mencukupi seperti yang ada di TNUK. Rumah baru itu juga nantinya harus bisa meningkatkan kemampuan Badak Jawa dalam menghadapi wabah penyakit, sehingga nantinya mereka mampu mengembangkan populasi. 

Apalagi sejak Februari 2001, WWF dan mitra kerjanya telah membantu petugas TNUK dalam memonitor badak melalui kamera trap untuk mengobservasi perilaku, pola makan, serta penelitian mengenai risiko dan ancaman wabah penyakit. Dengan adanya data tersebut, di rumah baru nantinya, kelangsungan populasi Badak Jawa akan semakin besar.

Mengenai tempat baru bagi Badak Jawa, alternatif tempat di luar Banten mungkin bisa menjadi perhatian bagi pemerintah. Di Jawa Barat misalnya, yang tidak terlalu jauh dari TNUK sehingga akan mempemudah proses pemindahan Badak Jawa nantinya.

Memang, Badak Jawa adalah kebanggaan bagi masyarakat Banten, karena di Banten lah satu-satunya rumah bagi spesies ini. Namun, dengan mengingat jumlahnya yang telah masuk Daftar Merah IUCN, dan ancaman-ancaman yang terus mengincarnya, masyarakat Banten harus bisa memahaminya. 

Selain itu, pemerintah juga harus memberi pemahaman kalau Badak Jawa adalah hewan langka yang terancam punah, dan hewan ini merupakan milik dunia. (Cerita ini dikirim oleh Panji Ari Murti, Jakarta) 

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya