Rhino Sweet Home, Apakah Ada?

Badak Jawa
Sumber :

VIVA.co.id - Rhinoceros, Rhino, atau lebih gampang disebut badak dalam istilah Bahasa Indonesia. Badak merupakan salah satu dari evolusi hewan purba yang masih hidup hingga sekarang, bersamaan dengan gajah dan kuda nil. Bentuk khas dari satwa ini adalah cula (horn) yang dimilikinya di tengah-tengah rahang bagian atas serta struktur kulitnya yang sangat pampat. Morfologi tubuh yang sedemikian rupa diciptakan sebagai salah satu makhluk hidup yang tidak dapat dijatuhkan keperkasaannya.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Terdapat 5 spesies badak di dunia, yakni Badak Hitam (Diceros Bicornis) di Afrika bagian Timur dan Tengah, Badak Putih (Ceratotherium Simum) di Afrika bagian Utara dan Selatan, Badak India (Rhinoceros Unicornis) di Nepal dan India, Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) di Pulau Sumatera dan Kalimantan, dan Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) di Pulau Jawa. Seperti halnya harimau, Indonesia adalah satu-satunya negara yang memiliki lebih dari satu spesies badak diantara lima spesies badak yang ada dunia, yakni dua spesies; Badak Sumatera dan Badak Jawa.

Setiap spesies badak memiliki beragam bentuk, mulai dari yang seukuran mobil Cherry, yaitu Badak Hitam Afrika hingga yang paling mini yaitu Badak Sumatera yang hanya setinggi dada manusia. Beberapa spesies badak dapat dilihat dari perbedaan bagian tubuhnya, salah satunya adalah cula. Ada yang memiliki dua cula dan ada juga yang hanya memiliki satu cula.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Badak Hitam, Badak Putih, dan Badak Sumatra dapat dilihat dari kedua cula mereka, yang satu panjang di depan dekat dengan bibir bagian atas dan yang satu pendek di belakangnya. Badak Sumatra adalah satu-satunya badak di Asia yang memiliki dua cula dan satu-satunya spesies badak yang memiliki rambut panjang.

Selanjutnya Badak India dan Badak Jawa masing-masing hanya memiliki satu. Cula merupakan satu bagian tubuh dari banyak bagian tubuh hewan lain yang sering kita dengar menjadi trend untuk diperdagangkan. Karena khasiatnya yang dibutuhkan maka tidak jarang orang-orang mencari benda ini untuk diperjualbelikan secara bebas. Hal inilah yang menyebabkan maraknya perburuan serta perdagangan liar cula badak, baik di tingkat lokal maupun nasional, bahkan internasional.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Dilansir dari laman voaindonesia.com 14 Agustus lalu dikatakan bahwa polisi di Vietnam menyita kurang lebih 700 kg cula badak dan gading gajah selundupan yang berasal dari Mozambik yang dikirim melalui kapal untuk didistribusikan di beberapa negara Asia Tenggara salah satunya negara Vietnam itu sendiri.

Hal inilah yang menyebabkan populasi badak di dunia terus menurun dari tahun ke tahun. Dengan terlihatnya populasi badak di dunia yang semakin memprihatinkan maka dibuatlah Hari Badak Sedunia atau World Rhino Day agar masyarakat dunia sadar dan turut serta menjaga sekaligus melestarikan kelangsungan hidup badak.

Sehubungan dengan diperingatinya World Rhino Day atau Hari Badak Sedunia 22 September lalu, terbersit sepintas di benak penulis jikalau populasi badak di dunia kian hari kian menurun. Alih-alih meningkat jumlahnya, penurunan jumlah lah yang terjadi.

Seperti yang dilansir oleh BBC Indonesia pada 30 Juli lalu, dinyatakan bahwa satu dari lima ekor sub spesies Badak Putih Utara (Ceratotherium Simum Cottoni) telah mati di penangkaran karena terserang penyakit, jadi hanya empat ekor saja yang tersisa di dunia sekarang. Sebelumnya, 15 April 2015 Daily Mail juga menyatakan bahwa terdapat seekor badak di Cagar Alam Ol Pojeta bernama Sudan yang konon katanya hanya satu-satunya subspesies yang masih bertahan hidup dan dijaga 24 jam oleh tentara bersenjata.

Upaya ini disebabkan agar tidak terjadi penurunan populasi mereka di dunia dan tidak segera mengalami proses kepunahan baik secara langsung di alam maupun secara tidak langsung, seperti diburu dan lain-lain. Akan tetapi kepunahan tetap saja terjadi, seperti dilansir dari laman nationalgeographic.co.id November 2013 lalu, menyatakan bahwa IUCN (International Union for Conservation of Natures) menetapkan status Badak Hitam Afrika Barat (Diceros bicornis longipes) dari CR (Critically Endangered)/ Kritis menjadi EW (Extinct in the Wild)/ Punah di Alam karena tidak terlihat lagi semenjak terakhir dijumpai pada tahun 2006.

Badak Hitam Afrika hidup pada ekosistem savana, yang mana berbentuk padang rumput terbuka. Di sinilah para pencari cula badak sering melakukan aksinya karena keuntungan dari susunan bentuk tempat tinggal si Badak. Sama halnya dengan habitat Badak Hitam, Badak Putih Afrika juga hidup di tempat terbuka. Badak Putih merupakan sasaran empuk kedua bagi para pencahar cula.

Pada hakikatnya habitat badak yang seperti ini tidak menjadi masalah bagi mereka untuk dijadikan rumah yang nyaman untuk ditinggali, tetapi mengapa dengan adanya hal tersebut justru mengancam kehidupan sang badak tersebut.

Mungkin karena faktor campur tangan manusia lah yang meyebabkan semuanya. Jadi, apakah ada rumah yang nyaman bagi Badak Putih maupun Badak Hitam yang tersisa untuk ditnggali? Lalu bagaimanakah rumah yang nyaman bagi mereka berdua? Di Indonesia terdapat 2 spesies badak yang masih tersisa, yakni Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus).

Setali tiga uang nasibnya dengan yang lain, Badak Sumatera dan Badak Jawa juga terancam punah. Populasi Badak Sumatera di dunia tidak lebih dari 100 ekor dan terus mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir. Persebaran Badak Sumatera di Indonesia hanya terdapat di empat titik, yaitu Way Kambas, Bukit Barisan Selatan, Gunung Leuser, dan Kutai Barat, dilansir dari laman web republika.co.id Mei lalu.

Pulau Kalimantan merupakan salah satu habitat asli ditemukannya spesies Badak Sumatera di Indonesia selain Pulau Sumatera. Pada Oktober 2013 video trap yang dipasang peneliti dari

Hal ini menjadi bukti terang bahwa populasi Badak Sumatera tidak hanya terbatas pada habitat hutan di Sumatera saja, akan tetapi juga pada habitat hutan Kalimantan. Untuk spesies Badak Jawa dapat dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Ini merupakan satu-satunya habitat asli Badak Jawa yang masih tersisa di dunia. Badak Jawa merupakan spesies terkecil kedua setelah Badak India dan sedikit di atasnya Badak Sumatera.

Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon juga hampir sama dengan populasi Badak Sumatera di Way Kambas. Monitoring dan upaya lain dari peneliti juga masih dilakukan sampai sekarang. Data dari

Dari deskripsi dua spesies badak di atas dapat dikatakan bahwa habitat asli dari badak sendiri adalah hutan alam yang tipe vegetasinya rapat dan jauh dari jangkauan manusia. Sedikit sekali terjadi peristiwa predasi oleh spesies lain di alam, lantaran morfologi badak itu sendiri yang memiliki tekstur kulit lumayan tebal untuk melindunginya dari serangan para predator.

Yang menjadi pertanyaan, jika dilihat dari luarnya hewan ini sangat kecil kemungkinan dimangsa akan tetapi mengapa populasinya turun dari tahun ke tahun? Jawabannya dapat ditemukan pada diri kita masing-masing, manusia lah satu-satunya yang menyebabkan penurunan populasi badak-badak tersebut.

Perburuan badak untuk diambil culanya masih kerap terjadi, tidak hanya spesies badak di Afrika saja yang diburu, di Indonesia juga sering terjadi entah itu dijual atau untuk dijadikan obat. Namun, antisipasi kepunahan terus dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya ialah melakukan konservasi ex-situ. Penangkaran, kebun binatang, atau taman safari adalah beberapa contoh bentuk konservasi ex-situ, mungkin upaya-upaya konservasi secara ex-situ tersebut dapat menjadikan rumah yang sedikit nyaman untuk tempat tinggal badak.

Penangkaran Badak Sumatera terbesar adalah SRS (Sumatran Rhino Sanctuary) yang berada di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. SRS merupakan suaka yang terbuat langsung dari habitat Badak Sumatera berasal yang diberi pagar pembatas agar badak terlindungi dari ancaman luar.

Beberapa waktu lalu muncul informasi dari teman penulis yang bekerja di KEHATI (TFCA Sumatera) memberitahukan bahwa akan ada penambahan individu Badak Sumatera di SRS. Harapan, itulah nama Badak Sumatera yang akan membantu SRS dalam program pengembangbiakan Badak Sumatera di Indonesia.

Bersama dengan Andalas, Ratu, dan anak dari mereka berdua, Andatu, Harapan akan ikut andil menjalankan program tersebut. Badak Sumatra di SRS hidup berpasangan di dalam pagar penangkaran, proses pendekatan satu sama lain/ proses perkawinan sangatlah panjang. Percumbuan dapat menyebabkan kematian bagi pasangan badak tersebut dikarenakan ketidakcocokan individu satu sama lain. Jadi, haruslah sangat berhati-hati mengambil keputusan untuk melepaskan kedua individu badak pada satu tempat.

Sedangkan untuk Badak Jawa, belum terdapat penangkaran khusus yang dibuat untuk pengembangbiakannya. Hutan alam asli lah yang menjadi tempat tinggal sang badak. Jadi petugas monitoring memantau secara langsung di lapangan untuk memperoleh data keterangan akan Badak Jawa, tidak seperti Badak Sumatera yang dapat langsung memonitoring di suaka, meski memang masih ada segelintir individu Badak Sumatera yang hidup di alam liar akan tetapi tidak sesulit monitoring Badak Jawa yang hanya terdapat di alam liar.

Badak Jawa juga merupakan individu yang pemalu, jadi dengan adanya sifat tersebut maka seringkali sosoknya jarang dijumpai secara langsung. Mungkin hanya melalui kamera atau video trap baru kita dapat memulai mengidentifikasi untuk proses monitoringnya.

Seperti yang telah dijelaskan pada Badak Hitam dan Badak Putih, mengapa habitat yang mereka tinggali tetap saja mengancam kehidupan, padahal bila dibandingkan dengan habitat Badak Hitam maupun Badak Putih tempat tinggal Badak Sumatera dan Badak Jawa jauh lebih aman, karena sangat jelas rumah Badak Hitam dan Badak Putih sangat mencolok jika dijadikan tempat tinggal sehingga memudahkan para pemburu cula untuk beraksi.

Namun, mengapa masih terjadi penurunan populasi pada mereka berdua. Masihkah terdapat rumah yang nyaman untuk mereka, Badak Sumatera dan Badak Jawa? Bagaimana rumah yang nyaman untuk mereka tinggal? Jumlah Badak India (Rhinoceros Unicornis) di dunia masih terbilang cukup banyak, hampir 3.000 yang hidup di alam liar dan terus bertambah seperti yang dikatakan IUCN Red List. Meskipun nasibnya tidak sama dengan empat sepupunya, Badak India tetap diambang kepunahan. Status VU (Vulnerable)/ Rentan yang diberikan oleh IUCN tidak akan menjadi jaminan bahwa Badak India memiliki kelestarian hidup yang nyaman.

Dapat dikatakan bahwa peringatan kepunahan bisa saja terjadi lebih cepat daripada keempat sepupunya. India merupakan negara yang masih banyak memiliki pemburu dan perdagangan gelap satwa langka yang dilindungi. Walaupun tidak seperti dahulu kala yang seringkali terjadi perburuan liar di sana, akan tetapi kewaspadaan dari banyak pihak tetap dibutuhkan.

Perdagangan ilegal cula badak kerap terjadi di tempat tinggal badak ini, India dan Nepal. Rumah bagi Badak India adalah padang rumput dataran tinggi yang merupakan habitat asli mereka.

Rumah nyaman bagi Badak India belum tentu ada, akan tetapi dengan upaya pemerintah India dan Nepal untuk melindungi dan melestarikan spesies ini, maka tidak menutup kemungkinan rumah nyaman bagi Badak India segera terwujud.

Karena belakangan negara India menerapkan hukum yang ketat bagi siapa saja yang melanggar aturan untuk melakukan perburuan maupun perdagangan liar. Bila ada yang ketahuan melakukan transaksi jual beli satwa liar akan dikenakan balasan yang setimpal sehingga dapat membuat kapok para penjarah cula.

Tidak seperti di Indonesia, kekuatan hukum tentang satwa di sini sangatlah kurang sehingga masih saja terdapat oknum-oknum yang masih melakukan praktek jual beli secara bebas, malah ada yang sampai diekspor.

Lantas apakah ada rumah yang memang benar-benar nyaman bagi Badak India? Bagaimanakah seharusnya rumah yang nyaman bagi Badak India untuk tinggal?

Berkata rumah yang nyaman, penulis berpendapat bahwa sebenarnya sudah tersedia rumah yang nyaman bagi masing-masing makhluk hidup, baik dari tingkat mikroorganisme hingga makroorganisme, dari puncak gunung hingga palung samudera, atau dari yang berumur sehari hingga ribuan tahun.

Semua hal tersebut tidak lepas dari kelestarian tempat tinggalnya masing-masing. Sama halnya dengan kelestarian rumah si Badak. Jika habitat hidup badak tidak dirusak maupun dicampur tangani oleh makhluk hidup lainnya, terutama manusia maka rumah nyaman bagi si Badak dapat terwujud. Banyak sekali makna yang dapat diambil dari kata rumah nyaman.

Pertama, dapat diutarakan sebagai habitat yang layak untuk dihuni badak, misal kelimpahan makanannya, sedikit predator, atau tempat yang cocok untuk perkembangbiakan generasi selanjutnya.

Kedua, dapat menjadi ikonik suatu wilayah tersebut, seperti pada Taman Nasional Ujung Kulon sehingga dapat menarik minat wisata maupun penelitian lebih lanjut yang bermanfaat bagi kehidupan badak di masa yang akan datang.

Ketiga, bermanfaat sebagai salah satu penyeimbang rantai kehidupan. Keempat, sebagai tolak ukur kawasan tesebut sesuai menjadi wilayah yang aman bagi kehidupan liar yang sangat butuh penjagaan lebih dan pelestarian berkelanjutan.

Dan yang kelima, merupakan rasa syukur kita terhadap bumi dan seluruh isinya dengan menciptakan tempat yang sesuai bagi badak untuk mereka tinggali.

Dari banyak paparan penulis di atas, apakah ada rumah yang benar-benar nyaman untuk tempat badak tinggal? Jawabannya adalah ada. Lalu bagaimanakah rumah yang benar-benar nyaman untuk badak tinggal?

Rumah yang nyaman bagi badak untuk tinggal adalah habitat asli mereka disertai dengan pagar tangan-tangan yang selalu siap berjuang demi menjaga dan melestarikannya dari tangan-tangan yang senantiasa merusak dan merebut hak kehidupan kawan bercula ini. (Cerita Ini dikirim oleh sundahbagusw)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya