Rhico Menemukan Kembali Rumahnya

Sumber: Lensa indoneisia
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Aku adalah Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) yang tangguh, dengan tinggi badan 168-175 cm. Tubuhku tidak berambut kecuali di bagian teliga dan ekor. Kulitku juga tebal dan mempunyai corak mozaik yang unik. Panggil saja aku Rhico sang petualang. Tahukah kamu, mengapa aku disebut sang petualang?

Perjalanan ke Habitat Terakhir Badak Jawa

Dulu, aku tinggal dalam sebuah hutan yang luas di Pulau Jawa. Rumah yang sangat nyaman dengan rimbunnya pepohonan sehingga udara terasa sejuk. Aku memang menyukai tempat teduh. Namun, tiba-tiba ada sekelompok manusia menangkapku dan memasukan ke dalam kandang.

Ketika dalam perjalanan aku merasa ada sesuatu yang ganjil. Manusia di sekelilingku sepertinya bukan orang-orang baik. Mereka membawa benda tanjam dan berbahaya. Hingga tibalah aku di tempat kumuh dan menyeramkan, rumah ini sama sekali tidak layak bagiku. Terjebak oleh manusia jahat yang ingin memanfaatkan cula milikku demi mendapatkan uang.

Menilik Paniis, Kampung Wisata nan Asri di Ujung Kulon

Aku sampai ke tempat kumuh ini dan menemukan banyak teman-teman badak yang mati dengan mengenaskan. Lalu aku pun berusaha keras untuk keluar dari kandang. Dengan bobot badan seberat 1,5 ton, aku terus mendorong hingga kandang hancur. Manusia menembak dan melemparkan batu. Untung saja badanku mempunyai kulit tebal. Namun, tidak selamanya kulitku sanggup menahan tajamnya peluru.

Aku berlari sekencang mungkin, air mata terus menetes karena menahan sakitnya peluru yang menancap. Hingga akhirnya aku berhasil menjauh dari kawanan manusia. Dan kini aku berada di tempat jauh dari rumah dan teman-teman. Tanpa sadar, tertidur di bawah pohon rindang. Saat membuka mata, ada seseorang mengelus badanku yang terkena luka peluru. Masih trauma berada di dekat manusia, aku heran karena manusia tersebut justru mengobati luka di tubuhku.

Menelusuri Jejak Sang Megafauna Kharismatik

"Halo, nama saya Sunda. Sepertinya kamu butuh pertolongan," ujarnya sambil mengelus dan mengobati lukaku. Sunda berkerja sebagai ahli konservasi, yang peduli pada pelestarian badak. Setelah dia mengobatiku, dia juga datang ke hutan ini untuk melihat berapa jumlah badak yang masih hidup. Namun, sulit untuk menemukan badak karena badak diperkirakan hanya tersisa 60 ekor saja.

Sunda merasa sangat beruntung dapat menemukan dan merawatku. Aku pikir semua manusia itu jahat. Tapi bersamanya, aku sadar bahwa masih banyak manusia yang peduli dengan generasi Badak Jawa. Lalu aku dibawa menuju kawanan badak lainnya. Ternyata, Sunda membawaku ke Taman Nasional Ujung kulon, rumah yang sangat nyaman bagi badak. Lahannya yang luas membuat badak lebih leluasa untuk bergerak.

Di taman nasional ini juga terdapat beragam jenis tanaman yang menjadi makanan badak. Karena status taman nasional ini dilindungi, maka badak seperti aku dan kawan-kawan merasa sedikit lebih tenang. Taman nasional ini juga sangat sejuk dan teduh, karena aku dan teman-temanku tidak suka tempat terbuka. Kami lebih suka berteduh di bawah pohon.

"Tahukah kalian, tidak semua manusia itu jahat. Salah satunya, Sunda. Ia membawaku dan kalian ke Taman Nasional Ujung Kulon ini agar merasa aman dan mengurangi kepunahan Badak Jawa," ujar Rhico sambil bercerita kepada teman-temannya. (Cerita ini dikirim oleh Liankylakizh)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya