Eskploitasi Badak yang Diperbudak

Badak Jawa
Sumber :

VIVA.co.id - Kini badak tampaknya semakin ‘diperbudak’. Eksploitasi besar-besaran terjadi, bukan hanya disebabkan oleh manusia, tetapi juga alam. Penurunan angka populasi tentu tak terelakkan lagi.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Bahkan dua jenis badak Indonesia ditempatkan IUCN sebagai satwa yang berstatus critically endangeded species atau spesies yang termasuk dalam daftar paling terancam punah. Apakah penyebab terjadinya hal ini? Berikut adalah faktor penyebab penurunan populasi badak.

1. Lambatnya tingkat reproduksi badak secara alami. Perkembangbiakan badak secara alami dinilai lamban karena masa reproduksi badak hanya berkisar empat hingga enam tahun sekali. Badak Jawa jantan memasuki fase dewasanya pada usia sepuluh tahun.
Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Berbeda dengan Badak Jawa betina yang memasuki fase dewasa pada usia antara lima sampai tujuh tahun. Sedangkan dalam masa reproduksinya, Badak Jawa betina mengandung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lima belas hingga enam belas bulan.
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

2. Luasnya area konservasi yang menyulitkan pengamatan dan pengawasan.
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) memiliki luas sebesar 1.206 km2. Lain halnya dengan Taman Nasioal Gunung Leuser (TNGL) yang memiliki luas lebih besar, yaitu 7.927 km2.

Hal ini tentu menyulitkan pengawas untuk melakukan pengamatan dan pengawasan. Apalagi sifat badak yang cenderung soliter, pemalu serta memiliki indra penciuman yang tajam, sehingga sulit diamati langsung di lapangan. Pemantauan kini dilakukan dengan menggunakan camera trap. Namun, jumlahnya yang terbatas dianggap belum memadai.

3. Komposisi badak yang tidak ideal. Total populasi badak Jawa saat ini sekitar 57 ekor yang terdiri atas 31 badak jantan dan 26 betina. Tentu saja komposisi ini tidak ideal karena perbandingan antara jantan dan betina yang seharusnya adalah 1:4. Hal ini turut menjadi faktor penyebab rendahnya pertumbuhan badak.

4. Kompetisi dengan tapir dalam mencari pakan. Tapir dan badak sama-sama mengkonsumsi pucuk daun dan beberapa macam semak. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kompetisi.

5. Mewabahnya penyakit. Hewan ternak yang dibawa masyarakat ke area taman nasional menjadi ancaman mewabahnya penyakit. Karena jika hewan ternak tersebut terjangkit penyakit, tentu dapat menular pada badak yang sehat.

6. Perburuan badak oleh manusia dan hewan pemangsa. Perburuan badak oleh manusia memang marak dilakukan. Disinyalir, para pemburu mencari cula untuk kemudian dijual dalam pasar gelap dengan tujuan utama negara Tiongkok. Di samping itu, hewan pemangsa lain juga turut berperan penting dalam menurunnya populasi badak. Harimau, buaya, anjing hutan, hyena sering kali menyerang badak muda yang masih lemah.

7. Kebakaran hutan, ekspansi lahan, penebangan liar. Salah satu masalah dalam pengelolaan TNGL adalah kebakaran hutan yang salah satunya diakibatkan pembukaan lahan oleh para perambah.

8. Terjadinya perkawin sedarah (inbreeding). Sebanyak 25% badak di TNUK cacat karena proses inbreeding. Cacat fisik yang dialami berupa kuping terbelah, kuping menggulung, ekor buntung, ekor bengkok bahkan benjolan di paha dan perut. Inbreeding juga dapat menyebabkan lemahnya genetis dan daya hidup.

9. Ancaman bencana alam. Pulau Jawa dan Sumatera dilintasi oleh beberapa gunung berapi. Apalagi TNUK berada di dekat Gunung Krakatau dan dikelilingi laut, sehingga berpotensi erupsi dan tsunami.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka diperlukan perhatian khusus dari masyarakat dan pemerintah untuk mengupayakan pelestarian badak yang telah memasuki tahap siaga satu. Ditambah lagi populasi badak yang masih terkonsentrasi di satu area.

Hal ini menyebabkan perbincangan mengenai habitat kedua badak semakin muncul ke permukaan. Melalui pembuatan habitat baru ini, diharapkan dapat membuat populasi baru sembari tetap mempertahankan populasi asli. Namun, dalam pembuatan habitat baru tersebut perlu pertimbangan yang matang, di antaranya:
1. Memperkecil wilayah jelajah badak untuk memudahkan pengawasan sekaligus menekan angka inbreeding.
2. Jangkauan transportasi untuk memudahkan proses pemindahan.
3. Ketersediaan bahan pakan, lokasi kubangan untuk reproduksi.
4. Area konservasi jauh dari pemukiman dan industri, sehingga mencegah penyebaran penyakit baik dari hewan ternak maupun polusi.
5. Jumlah kamera jebak/camera trap yang memadai di setiap rute.
6. Ditempatkannya pos pengawasan di beberapa titik taman nasional.
7. Adanya patroli untuk mencegah perburuan, ekspansi lahan, penerbangan liar serta kebakaran hutan.
8. Dilakukannya inseminasi buatan. Teknologi inseminasi buatan dengan menggunakan sperma beku mulai berkembang. Salah satu hasilnya adalah Andatu, badak inseminasi buatan dari pasangan Andalas dan Ratu di Lampung.
Selain untuk meningkatkan jumlah populasi, teknologi ini digunakan untuk mencegah terjadinya inbreeding yang mengakibatkan kecacatan.
9. Pemilihan wilayah dengan kontur mendukung. Bencana alam yang selama ini rentan mengancam Badak Jawa dan Sumatera adalah erupsi gunung meletus dan tsunami. Oleh karena itu, perlu dipilih wilayah yang cenderung sepi bencana juga mendukung terjadinya proses kehidupan badak.

Sebenarnya Pulau Kalimantan cukup unggul dalam hal ini. Kalimantan tidak dilewati oleh cincin api atau ring of fire sehingga tidak terdapat gunung berapi di sana. Ditambah lagi pergerakan lempeng tektonik yang cenderung stabil sehingga aman dari gempa.

Selain itu, keberadaan hutan hutan tropis yang merupakan habitat badak juga masih melimpah. Namun, pemerintah sepertinya harus menyelesaikan dulu pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di sana, yaitu maraknya kebakaran hutan. (Cerita ini dikirim oleh Dinda Bektiani Lestari, Bandung) 

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya