Jejak Kaki Sang Badak Mencari Rumah

Ujung Kulon
Sumber :

VIVA.co.id - Sebenarnya ada lima jenis badak yang ada di seluruh dunia. Dua di antaranya ada di Indonesia yaitu, Badak Jawa dan Badak Sumatera. Sayangnya, sekarang ini spesies hewan yang tergolong langka dan sangat dilindungi ini hanya tersisa sekitar 50 ekor saja.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Dari sisi fisiknya, kita langsung tahu ciri-ciri badak Jawa dan Badak Sumatera. Badak Jawa (Javan rhino, Rhinocerus sondaicus) bercula satu, sedangkan badak Sumatera (Sumatran rhino, Dicerorhinus sumatrensis )  bercula dua.

Tinggi Badak Jawa dari telapak kaki hingga bahu berkisar antara 168-175 cm. Panjang tubuh dari ujung moncong hingga ekor 392 cm, dan panjang bagian kepala 70 cm. Berat tubuhnya dapat mencapai 1.280 kg. Tubuhnya tidak berambut kecuali di bagian telinga dan ekor.

Tubuhnya dibungkus kulit yang tebalnya antara 25-30 mm. Kulit luarnya mempunyai corak yang mozaik. Lipatan kulit di bawah leher hingga bagian atas berbatasan dengan bahu.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Di atas punggungnya juga terdapat lipatan kulit yang berbentuk sadel (pelana) dan ada lipatan lain di dekat ekor serta bagian atas kaki belakang. Badak betina tidak mempunyai cula, ukuran cula dapat mencapai 27 cm. Warna cula abu-abu gelap atau hitam. Warnanya semakin tua semakin gelap, pada pangkalnya lebih gelap daripada ujungnya.

Sedangkan Badak Sumatera merupakan badak terkecil dan jenis yang paling primitif dari kelima jenis badak yang masih hidup di dunia. Tubuhnya ditumbuhi rambut berukuran pendek dan jarang, sehingga sering disebut fosil hidup atau badak primitif.

Tinggi Badak Sumatera diukur dari telapak kaki sampai bahu antara 120-135 cm, panjang dari mulut sampai pangkal ekor antara 240-270 cm. Berat tubuhnya bisa mencapai 909 kg. Posturnya gemuk dan agak bulat dengan kulit licin.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Uniknya ada dua lipatan kulit yang besar. Lipatan pertama melingkari pada paha diantara kaki depan, dan lipatan kedua di atas abdomen dan bagian lateral. Di atas tubuhnya tidak ada lipatan, jadi lipatan kulit tampak nyata dekat kaki belakang dan lipatan bagian depan dekat kedua culanya.

Cula bagian depan (anterior) di atas ujung dari moncongnya jauh lebih besar dari cula bagian belakang (pasterior). Cula belakang terletak di atas matanya dan sering kali merupakan gumpalan yang tidak lebih besar ukurannya dari cula depan.

Yang memprihatinkan ternyata populasi Badak Jawa di Ujung Kulon pada tahun 1937 ditaksir hanya sekitar 25 ekor (10 jantan dan 15 betina). Kemudian pada tahun 1955 ada sekitar 30-35 ekor.

Pada tahun 1967 di Ujung Kulon pertama kalinya diadakan sensus badak Jawa yang menyebutkan populasinya ada 21-28 ekor. Turun naiknya populasi badak selain karena faktor kelahiran anak, juga dipengaruhi oleh adanya perburuan.

Setelah pengawasan yang ketat terhadap tempat hidup badak, populasi Badak Jawa terus meningkat hingga kira-kira 45 ekor pada tahun 1975. Populasi Badak Jawa, menurut hasil sensus sampai tahun 1989, diperkirakan tinggal 52-62 ekor. Sensus pada Nopember 1999 yang dilaksanakan oleh TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon) dan WWF diperkirakan 47 – 53 ekor.

Sensus populasi Badak Jawa yang dilaksanakan oleh Balai TNUK, WWF – IP dan YMR pada tahun 2001 memperkirakan jumlah populasi badak berkisar antara 50 – 60 ekor. Sensus terakhir yang dilaksanakan Balai TNUK tahun 2006 diperkirakan kisaran jumlah populasi badak Jawa adalah 20 – 27 ekor.

Ada beberapa ancaman terbesar bagi populasi Badak Jawa:

1. Berkurangnya keragaman genetis

Populasi Badak Jawa yang sedikit menyebabkan rendahnya keragaman genetis. Hal ini dapat memperlemah kemampuan spesies ini dalam menghadapi wabah penyakit atau bencana alam seperti erupsi gunung berapi dan gempa.

2. Degradasi dan hilangnya habitat

Ancaman lain bagi populasi Badak Jawa adalah meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat langsung pertumbuhan populasi manusia. Pembukaan hutan untuk pertanian dan penebangan kayu komersial mulai bermunculan di sekitar atau di dalam kawasan lindung tempat spesies ini hidup.

3. Badak Jawa tergolong hewan herbivora

Badak makan bermacam-macam spesies tumbuhan seperti tunas, ranting, daun-daunan muda atau buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan yang disukai oleh spesies ini adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang cukup sinar matahari. Masalah terbesar yang ada di Ujung Kulon, sebagian pakan badak ternyata juga menjadi kegemaran banteng (Bos javanicus). Inilah yang menyebabkan mereka harus berkompetisi mendapatkan makanan.

Masalah lain adalah persebaran palma invasif langkap (Arenga obtusifolia) sejenis aren, yang cepat berkembang biak di hutan rawa dan dataran rendah lewat biji yang disebarkan oleh musang. Langkap telah menggantikan vegetasi yang merupakan pakan badak. Diperkirakan langkap telah menginvasi 30 persen dari luas semenanjung Ujung Kulon. Hingga saat ini belum ada cara efektif untuk mencegah perkembangan langkap.

Untuk Badak Sumatera, menurut IUCN/SSC – African and Asian Rhino Specialist Group Maret 2001, jumlah populasinya berkisar kurang lebih 300 ekor dan tersebar di Sumatera dan Borneo yaitu Malaya/Sumatera Sumatran Rhino 250 ekor dan Borneo Sumatran Rhino 50 ekor.

Taksiran jumlah populasi Badak Sumatera menurut Program Konservasi Badak Indonesia tahun 2001 di wilayah kerja RPU adalah sebagai berikut: TNKS 5 – 7 ekor dengan kerapatan (density) 2500 – 3500 ha per ekor badak, TNBBS 60 – 85 dengan kerapatan 850 – 1200 ha per ekor badak, TNWK 30 – 40 ekor dengan kerapatan 700 – 1000 ha per ekor badak.

Observasi Lapangan tahun 1997 s/d 2004, RPU – PKBI memperkirakan jumlah populasi badak Sumatera di TNBBS berkisar antara 60 – 85 ekor. Sementara di TNWK berkisar antara 15 – 25 ekor.

Dari paparan di atas, kita langsung tahu betapa memprihatinkan kondisi badak sekarang ini. Banyak faktor yang menjadi pemicu. Di antaranya karena perburuan liar dan kondisi alam itu sendiri. Namun itu tidak berarti kita harus membiarkan spesies badak terpojokkan hingga benar-benar punah dan hanya tinggal cerita saja buat anak cucu kita. Ada pesan tersirat di dalamnya buat kita, agar turut memberikan saran dan sumbang peran sekecil apapun itu bentuknya.

Seperti apa sih habitat yang aman dan nyaman buat seekor badak, agar dia bisa tumbuh dan berkembang biak? Yuk kita kulik lebih jauh. Selama ini Badak Jawa ada di daerah barat Pulau Jawa, tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon.

Pada umumnya Badak Jawa menyukai tempat-tempat yang rimbun dengan semak dan perdu yang rapat. Badak Jawa menghindari tempat-tempat yang terbuka, terutama pada siang hari. Hutan teduh dan rapat, seperti halnya formasi langkap disukai badak untuk bernaung dan berlindung dari kejaran manusia.

Badak  Jawa betina mampu menjelajah wilayah sekitar 10-20 km, sementara badak jantannya diperkirakan sekitar 30 km. Badak Jawa memang mendapat sebutan si penyendiri, sebab dia hidup tersembunyi dan sangat jarang bisa dilihat secara langsung.
 
Untuk habitat Badak Sumatera, kebanyakan Badak Sumatera hidup pada daerah tergenang diatas permukaan laut sampai daerah pegunungan yang tinggi (dengan ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut).

Pada prinsipnya Badak Sumatera harus cukup makanan dan minum (air). Badak Sumatera menyukai tempat yang teduh seperti hutan lebat. Pada kondisi cuaca cerah, Badak Sumatera sering turun ke daerah dataran rendah untuk mencari tempat yang kering.

Sementara untuk cuaca panas, Badak Sumatera lebih senang berada di hutan-hutan atau bukit yang dekat dengan air terjun. Badak Sumatera memang lebih menyukai makanan yang ada di daerah hutan sekunder. Habitat Badak Sumatera di Gunung Leuser, terbatas pada hutan-hutan primer pada ketinggian antara 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut.

Memang untuk menyelamatkan badak dari kepunahan tidak bisa dibebankan pada satu pundak saja. Mengingat pelestarian dan penyelamatan badak butuh dana pengembangan yang tidak sedikit.

Apalagi kalau dilihat dari habitatnya, melibatkan banyak komponen di dalamnya. Termasuk negara beserta perangkatnya ada di dalamnya. Karena di sanalah power yang sangat dominan untuk melakukan hal itu.

Tapi itu juga tidak berarti kita lepas tangan begitu saja. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu sang badak menemukan rumah barunya yang nyaman. Kita bisa menjadi sharing partner buat pemerintah untuk membantu melestarikan badak dari kepunahan.
 
Dengan banyak-banyak menulis untuk menyuarakan kondisi badak lewat berbagai macam media atau jejaring sosial yang sudah ada, diharapkan mampu membawa angin segar bagi ditemukannya rumah baru buat sang badak.

Dengan seringnya terdengar gaung seputar badak, pasti akan ada respons positif dari berbagai fihak untuk turun tangan dan melakukan sebuah tindakan nyata atau kongkrit buat badak Indonesia.

Kita patut berbangga, sebab kali ini

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya