Rumah Badak, Hutan yang Luas dengan Hukum yang Melindungi

Badak
Sumber :
  • Cerita Anda

VIVA.co.id - Sewaktu kita kecil, jika muncul kata badak ataupun melihat tokoh badak di televisi kita akan selalu terbayang akan sosok binatang yang super kuat, dengan kulit yang tebal seperti baja, berukuran sangat besar, serta memiliki cula yang sangat kuat. Tetapi secara harfiah gambaran kita terhadap satwa tersebut tidak selalu tepat. Badak yang merupakan salah satu mamalia herbivora sangat bergantung akan habitat tempat hidupnya.

Satwa yang termasuk dalam Ordo Perisodactyla dan famili Rhinoceroetidae ini hidup di dalam pedalaman hutan primer. Rhinoceros berasal dari bahasa Yunani,  Rhino berarti hidung dan ceros berarti cula/tanduk. Badak hidup secara soliter,  kehidupan badak berjalan secara sendiri-sendiri dan akan berkumpul ketika memasuki masa kawin.

Di dunia terdapat 5 jenis badak yang tersebar mulai dari Benua Afrika dan Benua Asia salah satunya Indonesia. Di Indonesia kita mengenal ada dua spesies badak yang tersebar di pulau Sumatera dan Jawa. Di Sumatera kita lebih mengenal dengan nama Badak Sumatera atau badak bercula dua (Dicerorhius Sumatraensis (Fischer, 1814) dan di Jawa lebih dikenal dengan nama Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus (Desmerest, 1822).

Badak Sumatera merupakan badak terkecil dan badak primitif yang masih hidup hingga sekarang. Ciri dari Badak Sumatera sendiri adalah adanya 2 buah cula yang memilki ukuran berkisar 25-80 cm dan umumnya cula belakang relatif pendek, selain itu Badak Sumatera dikenal dengan badak berambut karena memiliki rambut yang pendek pada tubuhnya dan pada liang telinga.

Sedangkan Badak Jawa secara fisik memiliki postur tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan Badak Sumatera. Badak Jawa hanya memiliki 1 cula pada bagian ujung atas moncongnya. Namun, bagaimanapun besarnya tubuh badak, satwa ini masih sangat tertekan karena banyaknya aktivitas manusia.

Badak Sumatera hidup di pedalaman hutan primer dataran rendah hingga ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Di Gunung Leuser, hanya terbatas pada hutan-hutan primer pada ketinggian antara 1000-2000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan di Jawa, Badak Jawa hidup di pedalaman hutan primer, namun terkadang mencari makan di hutan sekunder. Tetapi saat ini Badak Jawa hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Di Sumatera diperkirakan populasi badak hanya 120-200 ekor, bahkan di Taman Nasional Kerinci Seblat sejak tahun 2008 tidak pernah diketahui lagi tentang adanya badak. Seperti yang dijelaskan sebelumya, rendahnya kelahiran badak juga disebabkan karena badak termasuk satwa penyendiri dan akan berkumpul ketika musim kawin. Faktor lain penyebab rendahnya kelahiran badak yaitu tingginya aktivitas perburuan, penebangan hutan secara komersil serta perubahan status hutan menjadi lahan sawit akibatnya terjadi fragmentasi habitat.

Telah diketahui bahwa badak akan menggunakan jalur yang sama ketika berpindah, jika habitat tersebut hilang maka hilangnya badak juga tidak dapat dihindarkan lagi. Sama halnya dengan perilaku gajah dalam bermigrasi, gajah dan badak akan selalu melalui jalur yang sama dari generasi ke generasi. Badak muda akan mengikuti jejak jalur badak dewasa dan begitu seterusnya. Namun, perilaku inilah yang terkadang dimanfaatkan beberapa pemburu untuk membuat jebakan berupa lubang jebak ataupun jerat.

Hilang atau punahnya Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan Harimau Bali (Panthera tigris balica) menjadi suatu kehilangan terbesar bagi para peneliti dunia dan hilangnya satwa tersebut juga menjadi pelajaran bagi kita bahwa begitu pentingnya satwa tersebut dalam ekosistem dan ilmu pengetahuan hal ini pula lah yang menjadi dasar pentingnya upaya untuk melestarikan Badak Sumatera dan Jawa.

Dengan munculnya begitu banyak permasalahan menyebabkan habitat bagi badak sangat terganggu. Bahkan telah diketahui bahwa Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini berkompetisi dalam memdapatkan makan di alam dengan banteng. Adanya perbedaan jumlah antara banteng dan badak menyebabkan badak juga cukup sulit memperoleh makanannya dikarenakan kebutuhan banteng yang banyak pula. Selain faktor kompetitif, lokasi geografi yang berdekatan dengan pantai, rawan akan gempa, tsunami, serta letusan Gunung Krakatau menjadikan badak di Taman Nasional Ujung Kulon juga terancam kelestariannya.

Dalam pelestarian dan konservasi badak terdapat beberapa cara seperti penangkaran secara Ex-situ. Penangkaran Ex-situ sendiri merupakan salah satu cara penangkaran badak, badak nantinya akan ditempatkan di kebun binatang yang telah memenuhi standar dalam pelestarian satwa. Metode ini juga diharapkan dapat membantu dalam kelestarian dikarenakan kita dapat memonitor secara penuh akan keadaan badak.

Cara lain juga dapat dilakukan untuk pelestarian badak, seperti mencarikan habitat baru bagi yang memiliki hutan yang luas sehingga mampu mendukung kehidupan badak sendiri. Setelah menemukan habitat yang cocok barulah dilakukan pemindahan badak. Metode ini merupakan salah satu metode yang baru saja sukses dilakukan pada Badak Sumatera di Pulau Kalimantan.

Dari salah satu media menjelaskan bahwa telah diketahui adanya tanda-tanda dari kehadiran badak yang sedang berkubang di dalam kawasan hutan di Kalimantan. Jika berbicara mengenai bagaimanakah rumah yang nyaman bagi badak? Jawabannya adalah ada beberapa syarat rumah (habitat/hutan) bagi badak di Indonesia, diantaranya yaitu:

Pertama, manusia tidak ada di dalamnya (Perburuan, Ilegal Logging, Pembakaran hutan, pengalihan fungsi hutan). Telah diketahui bahwa faktor terbesar penurunan satwa ini adalah tingginya aktivitas manusia. Sejak tahun 1970-an masyarakat telah mengenal perburuan badak untuk diambil culanya. Beberapa masyarakat meyakini cula badak memiliki khasiat dalam perngobatan tradisional ataupun untuk dijual.

Ilegal logging juga menjadi faktor punahnya satwa ini. Namun, bagi masyarakat, penebangan pohon di hutan dianggap sebagai mata pencarian untuk sehari hari tanpa memikirkan satwa di dalamnya padahal beberapa jenis tanaman di hutan merupakan pakan utama bagi satwa ini.

Kedua, rumah hukum yang tegas melindunginya. Kalimat tersebut merupakan kunci utama pelestarian dalam konservasi badak dapat berjalan dengan baik. Tingginya kebutuhan manusia menjadikan manusia terlalu overproduksi sehingga mengeksploitasi satwa terlalu berlebihan. Perburuan menjadi salah satu mata pencarian bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan cula badak merupakan salah satu sasaran yang bernilai jual sangat tinggi dipasaran, terutama pasar gelap.

Dengan rendahnya hukum dan pengawasan oleh pemerintah menyebabkan semakin maraknya perburuan cula badak. Penegasan akan hukum terhadap status dan konservasi badak serta hukum yang tegas terhadap pelaku perburuan diharapkan dapat meningkatkan natalitas dari badak di Indonesia. Pelestarian Badak Sumatera dan Jawa juga membutuhkan adanya bantuan dari banyak pihak, terutama keterlibatan masyarakat yang sebelumnya telah diberi arahan akan pentinganya satwa tersebut. 

Ketiga, rumah pakan seperti semak mania (Urophyllum spp), nangka (Artocarpus integra), daun dari Ficus spp, bunga dari tenglan (Saraca spp), dan daun rengas (Melanorhea spp) selalu tersedia. Jenis makanan yang dijelaskan di atas merupakan beberapa jenis yang dimakan oleh badak pada umumnya. Hutan yang masih dalam kondisi bagus mampu menampung kehidupan satwa liar di dalamnya. Kondisi hutan yang masih bagus ini ditandai dengan masih ditemukannya makanan bagi badak. 
   
Keempat, tersedianya  air dan naungan yang selalu melindungi badak. Badak merupakan salah satu makhluk yang sangat membutuhkan sumber air untuk meminum maupun berkubang. Satwa ini membutuhkan minum setiap harinya. Persedian air air di hutan juga tidak lepas dari faktor habitat, termasuk tumbuhan di hutan. Tumbuhan selalu membantu suplai air di hutan, namun jika hutan tersebut rusak secara tidak langsung juga sumber air bagi badak sebagai tempat minum dan berkubang akan berkurang.

Salah satu yang tidak kalah penting bagi badak yaitu kebutuhannya akan menggaram (Saltlick). Saltlick merupakan salah satu tingkah laku mamalia termasuk badak, badak akan memakan tanah ataupun sumber air yang mengandung mineral yang berguna dalam metabolisme satwa tersebut.

Badak adalah salah satu satwa yang melestarikan alam dengan cara menyebarkan biji tumbuhan dari buah yang dimakannya. Penjelasan di atas merupakan beberapa hal yang diharapkan mampu membantu dalam melindungi badak di Indonesia. Satu hal yang perlu di ingat “jangan menunggu status suatu satwa menjadi Critical Endangered atau Endengred baru mulai berkoar-koar, tetapi lindungilah satwa tersebut mulai dari sekarang”. Cerita ini dikirim oleh Ardika Dani Irawan, Padang)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016