Aku pun Punya Rumah Impian

Kelahiran Badak Sumatra
Sumber :
  • ANTARA/ M Agung Rajasa
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Mari kita simak sedikit cerita tentang si Badak, sang pemilik manfaat.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Bayangkan, dari kejauhan kita dapat melihat dua ekor badak bernama Basu dan Bawa, mereka sedang berkubang dalam sebuah kubangan lumpur. Lumpur itu berkhasiat melindungi kulit sensitif mereka yang tebalnya sampai 1,5 cm dari gangguan serangga maupun terik matahari yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit mereka. Maka mereka berharap agar mempunyai rumah yang ditumbuhi banyak pohon yang daunnya dapat menahan sinar matahari masuk. 

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Sebenarnya, mereka tidak suka membuat kubangan, mereka hanya mencari kubangan bekas hewan lain atau kubanganyang disebabkan oleh bencana alam, lalu melebarkan dan memperdalamnya. Mereka pun berpikir, adakah makhluk yang sudi untuk membuat kubangan gratis tanpa meminta kulit mereka terlebih dahulu?

Setelah puas berkubang mereka pun berjalan-jalan di dalam rumah mereka sambil mencari berbagai macam makanan. Mereka tidak hanya memakan rumput, mereka butuh makanan yang bervariasi, si Bawa saja makan lebih dari 200 jenis tumbuhan.

Namun, mereka tidak bisa berjalan lebih jauh lagi, selain karena kebakaran hutan di waktu lampau yang mempersempit rumah mereka, suara riuh pemukiman dekat hutan juga membuat mamalia pemalu ini sedikit tidak nyaman. Mereka pun berpikir, adakah makhluk yang sudi untuk membuat wilayah mereka lebih luas nan sepi, juga kaya akan tumbuh-tumbuhan gratis tanpa meminta cula mereka terlebih dahulu?

Namun, pertanyaan itu terjawab ketika Bawa pingsan akibat peluru bius yang tertancap di tubuhnya. Basu berlari untuk menyelamatkan dirinya karena beberapa manusia lain membidiknya, dia pun berhasil menyelamatkan diri. Tidak lama kemudian terdapat suara mengaung yang Basu kenal, Basu pun menghampiri asal suara tersebut.

Dia melihat Bawa terkapar, digenangi banyak darah yang berasal dari atas hidungnya, di mana seharusnya gading Bawa berada. Semakin lama suara kesakitan itu semakin melemah, sampai akhirnya dengan nafas tersenggal-senggal, suara Bawa tak terdengar lagi. Di saat itulah, Tuhan menyaksikan bagaimana hewan gagah itu menangis.

Andaikan badak memiliki seluruh kemampuan yang dimiliki manusia, pasti mereka akan mempublikasikan rumah impian mereka yang nyaman, aman serta mampu menatanya sendiri. Meskipun itu tidak akan pernah terjadi, dengan bantuan berbagai fakta dari banyak penelitian di dunia dapat membantu “manusia-manusia yang peduli” untuk bergotong royong menata rumah impian badak serta mengamankannya.

Mengapa badak harus sebegitu diutamakannya?

Jawaban umum: badak adalah salah satu hewan yang terancam punah. Bahkan Badak Hitam asli Afrika Timur telah sah dinyatakan punah.

Jawaban dukungan: badak hidup sekitar 45 tahun, dan rata-rata siap reproduksi saat berumur 3 tahun ke atas. Mirisnya, masa kehamilan badak yang selama 15-16 bulan hanya dapat melahirkan satu ekor bayi badak. Beberapa badak di dunia yang jumlahnya semakin menipis ini belum tentu subur untuk menghasilkan anak.

Bayangkan jika 100 badak mati sebelum menghasilkan keturunannya dikarenakan stres dan perburuan liar dalam waktu satu bulan, sedangkan pada waktu yang bersamaan lahir 5 ekor bayi badak yang menunggunya saja menghabiskan waktu minimal 4 tahun 3 bulan (kesiapan reproduksi + lamanya masa kehamilan).

Sebenarnya banyak sekali tempat yang mendukung untuk menjadi rumah impian badak dalam segi kenyamanan menurut kebiasaan-kebiasaan badak. Namun, masalah utama adalah keamanan badak. Perburuan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berlatar belakang berpendidikan maupun tidak berpendidikan yang masuk dalam satu katagori (tidak berperasaan) merajalela di setiap sudut hutan yang tidak terjaga ketat.

Mungkin manusia-manusia itu disudutkan oleh masalah ekonomi ataupun masalah “tidak bisa menahan keserakahan”, namun alasan klise itu tidak dapat mengembalikan lagi badak-badak yang telah mati bahkan punah. Maka, hukum harus ditegaskan, jika hukuman berpuluh-puluh tahun atau bahkan hukuman mati bisa menakuti calon pelaku, hal itu bisa dicoba.

Salah satu peringatan keras yang bisa ditiru ialah Pemerintah Mozambik yang telah menghancurkan gading dan cula badak sitaan unuk mengekang perburuan liar yang semakin parah. Keamanan dari rumah badak pun harus lebih dan lebih ditingkatkan lagi.

Sadarkah? Badak pun mempunyai keluarga. Badak pun mempunyai perasaan. Badak juga mempunyai rasa sakit.

Bayangkan, jika terjadi perburuan yang mengepung seekor badak betina dan anaknya, maka sang induk pun akan berusaha sekuat mungkin untuk melindungi anaknya. Dan ketika induk itu roboh dengan rasa sakit yang teramat, maka kalian dapat membayangkan bagaimana perasaan anak badak tersebut.

Mungkin kita hanya bisa menulis, mungkin kita hanya bisa menggambar, mungkin kita hanya dapat berbicara (badak itu harus dilindungi!), mungkin kita hanya dapat bertindak kecil (membuang sampah pada tempatnya dan melakukan penghijauan kecil-kecilan).

Namun, percayalah, kebaikan itu akan sampai pada tujuannya. Jika tidak bisa langsung menyentuh si badak, maka sentuhkah lingkungan dengan kebaikan tanganmu, maka itu akan mengalir kepada si badak. Selamat memperjuangkan kelestarian badak untuk anak cucu kita. (Cerita ini dikirim oleh Adiba Ciptaningrum, Depok) 

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya