13 Langkah untuk Wujudkan Rumah Baru bagi Badak

Habitat hidup badak adalah hutan yang rapat, lebat dan teduh
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Indonesia negeri dengan sejuta keindahan, dianugerahi Tuhan dengan kekayaan alam yang sangat melimpah. Keberagaman hayati yang dimilikinya merupakan yang terlengkap kedua setelah Brazil. Dari sekian banyak keberagaman hayatinya, Indonesia menyimpan puluhan flora fauna endemik yang tidak dapat ditemui di belahan Bumi lainnya.

Perjalanan ke Habitat Terakhir Badak Jawa

Menjadi suatu kebanggaan bagi negeri ini, namun juga menjadi suatu tantangan yang besar untuk menjaga dan melestarikannya. Berdasarkan data yang dirilis oleh IUCN Redlist (2013), terdapat 404 spesies flora dan 806 spesies fauna yang masuk dalam daftar merah.

Beberapa flora dan fauna yang termasuk dalam daftar tersebut di antaranya Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris), Orang utan Sumatera (Pongo abelii) dan Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Badak Sumatera (Dicerhorinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus), Komodo (Varanus komodoensis), Bunga Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldii), Bunga Bangkai (Ammorphopallus Titanum) dan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata).

Menilik Paniis, Kampung Wisata nan Asri di Ujung Kulon

Badak Sumatera dan Badak Jawa menjadi dua fauna yang berstatus terancam punah (CR : Critically Endangered). Populasi dari kedua sub spesies badak ini sebanyak 300 ekor Badak Sumatera dan kurang dari 70 ekor Badak Jawa.

Habitatnya berada di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) untuk Badak Sumatera serta Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) untuk Badak Jawa.

Menelusuri Jejak Sang Megafauna Kharismatik

Meski berasal dari spesies yang sama, namun kedua badak ini memiliki beberapa perbedaan yang cukup mencolok. Bisa dilihat dari jumlah cula, kulit serta ukurannya. Terlepas dari itu, kedua sub spesies badak ini adalah dua dari tiga subspesies badak yang tersisa alias subspesies masih hidup sampai saat ini.

Sementara dua dari lima subspesies badak telah dinyatakan punah. Indonesia patut berbangga dan bersyukur karena masih mendapati dua dari 5 subspesies badak hidup dialamya. Namun, tantangan besar tengah dihadapi tatkala jumlah populasinya yang terus menurun tiap tahunnya.

Lalu apa penyebabnya? Ada beberapa faktor penyebab yang mengakibatkan populasi badak terus menurun. Di antaranya, terganggunya habitat hidup badak, perburuan cula badak, penyebaran penyakit, bencana alam, dan banyak lagi.

Lalu bagaimana langkah kita sekarang dalam menyikapi permasalahan besar tersebut? Yaitu menciptakan rumah yang nyaman bagi fauna tersebut. Dengan rumah yang nyaman, diharapkan kehidupan badak secara alami dapat tercipta tanpa adanya gangguan-gangguan. Jika mereka mendapati habitat mereka dalam kondisi yang kondusif, besar harapan kita badak-badak tersebut dapat berkembang biak dan populasinya meningkat.

Habitat hidup Badak Sumatera dan Badak Jawa relatif sama, yaitu menyukai hutan yang rapat, teduh, dan cukup sumber makanan. Namun, yang membedakan, Badak Sumatera cenderung hidup di daerah dataran tinggi, sementara Badak Jawa relatif di daerah dataran rendah. Diketahui pula bahwa kehidupan badak lebih banyak menyendiri ketimbang berkelompok.

Bagaimana cara kita dalam menjaga habitat hidup badak agar mereka tetap nyaman hidup dan berkembang di ekosistem yang semestinya? Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga habitat hidup badak, antara lain:

1. Mengembalikan sebagian hutan yang kemungkinan dirusak secara sengaja maupun tidak sengaja. Badak sangat menyukai hidup diarea hutan yang rapat, lebat serta teduh. Jika sebagian hutan didapati rusak atau telah terbuka dengan kata lain telah terjamah oleh manusia untuk keperluan industri ataupun yang lainnya, maka dipastikan di sekitar area tersebut bahan makanan untuk para badak sudah tidak dapat ditemukan lagi. Hal tersebut dapat menyebabkan badak menjelajah kearea hutan yang lainnya untuk mencari sumber makanan yang baru.

2. Menjaga rantai makanan di sekitar ekosistem hidup badak. Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara meminimalisir konsumsi maupun perburuan terhadap mahluk hidup yang termasuk dalam rantai makanan badak. Hal ini berkaitan dengan populasi dari komponen-komponen dari rantai makanan tersebut yang apabila tidak seimbang akan menyebabkan suatu permasalahan yang baru, terutama berdampak langsung terdahap badak.

3. Menjaga habitat hidup badak dari para pemburu cula badak. Cula badak sejak dahulu diyakini dapat menjadi bahan obat-obatan yang berkhasiat tinggi, ditambah dengan populasi badak yang terus menurun membuat harga jual cula badak melambung tinggi sehingga badak menjadi incaran para pemburu cula.

Perlu diteliti lebih lanjut mengenai zat yang terkandung dalam cula badak agar dapat dicari alternatif lain selain cula badak yang mengandung zat yang sama seperti cula badak, sehinga perburuan terhadap cula badak dapat dihentikan.

4. Penegakan sanksi hukum yang tegas terhadap segala bentuk pelanggaran dan perlakuan tidak wajar terhadap badak. Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 21 ayat (2) UU 5/1990 dan Pasal 40 ayat [2] UU 5/1990, seharusnya para pelaku kejahatan tersebut sudah memahami larangan dan dampak dari segala bentuk tindakan pelanggaran tersebut.

5. Menutup seluruh akses yang dapat dimasuki oleh manusia untuk melakukan pembukaan lahan, pertanian maupun perburuan. Tujuannya agar habitat badak tidak terkontaminasi oleh manusia, karena badak memiliki penciuman yang sensitif dan tajam terhadap bau dari manusia.

6. Melakukan konservasi secara berkesinambungan didukung oleh komitmen seluruh pihak. Konservasi merupakan salah satu langkah yang tepat untuk dijalankan saat ini, mengingat penelitian terhadap badak bukanlah hal yang mudah dan mengalami banyak kendala.

7. Memperbanyak jumlah kamera trap di pusat konservasi maupun habitat badak seperti di kubangan badak maupun jalur yang sering dilalui badak. Selain untuk mengetahui kondisi dari badak, dapat juga diketahui potensi-potensi lain yang dapat diteliti berkaitan dengan penelitian terhadap badak tersebut.

8. Mencari tempat tinggal baru atau translokasi bagi badak mengingat penyebaran wabah penyakit dan bencana alam yang sewaktu-waktu dapat menyerang badak tanpa diduga. Pencarian terhadap rumah baru ini haruslah memenuhi keriteria dari tempat hidup lamanya, seperti ekosistem atau habitat hidup badak haruslah serupa. Mengapa demikian, karena apabila berbeda kemungkinan badak untuk beradaptasi menjadi sulit sehingga dapat menyebabkan badak menjadi stress.

9. Pengembangan berkelanjutan dari penelitian reproduksi badak, sehingga menjadi solusi dalam pengembangan populasi badak. Ini disebabkan karena faktor reproduksi badak yang relatif lama, dengan interval kelahiran antara 4-5 tahun.

10. Pelepasan kembali terhadap badak-badak yang ada dipenangkaran maupun kebun binatang ke habitat aslinya.

11. Pelatihan terhadap tim rescue dan polisi kehutanan dalam aksi cepat tanggap terhadap kondisi darurat dalam penyelamatan badak seperti kebakaran hutan dan bencana alam.

12. Sosialisasi, kampanye dan aksi nyata terhadap perlindungan badak kepada masyarakat luas, sehingga seluruh unsur dapat terlibat dalam program penyelamatan badak dari ancaman kepunahan.

13. Sosialisasi dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat tentang perundang-undangan yang mengatur segala macam tindakan terhadap satwa-satwa yang dilindungi. Badak dalam hal ini diwakili oleh Badak Jawa, sudah sejak lama menjadi maskot Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Badak Jawa menjadi logo dari TNUK, ini menjadikannya daya tarik tersendiri. Karena populasinya yang semakin sedikit dan menjadi satwa dengan status satwa paling terancam punah, menjadikan TNUK sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.

Dengan adanya status tersebut, antara kebanggaan, beban, dan tanggung jawab rasanya memiliki kadar yang sama. Ini pun akan menjadi perhatian dunia apabila status Badak Jawa meningkat dari terancam punah (Critically Endangered) menjadi punah dialam liar (Extinct in the Wild) atau bahkan menjadi punah (Extinct) jika tidak secara sungguh-sungguh mengambil tindakan dalam penyelamatan satwa ini.

Beberapa langkah di atas adalah sedikit cara yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan populasi badak. Salah satu yang menjadi fokusnya adalah menyediakan habitat hidup yang nyaman bagi badak, namun telepas dari cara menyediakannya ada beberapa faktor lain yang turut mendukung pelaksanaannya seperti yang disebutkan di atas. Semua lapisan masyarakat harus ikut berperan dalam upaya penyelamatan badak. Jika tidak, upaya ini akan menjadi sia-sia saja. Selamat Hari Badak Sedunia. (Cerita ini dikirim oleh Ockthara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya