Ayo Ciptakan Rumah Nyaman untuk Sang Javan Rhino

Badak Jawa
Sumber :

VIVA.co.id - Menurut perkiraan para ahli, jutaan tahun lalu ada 30 spesies badak. Namun, saat ini hanya tersisa 5 spesies badak di dunia, yaitu Badak Sumatera bercula dua (Sumatran Rhino), Badak Jawa bercula satu (Javan Rhino), Badak India bercula satu (Indian Rhino), Badak Hitam Afrika bercula satu (Black Rhino) dan Badak Putih Afrika bercula dua (White Rhino).

Perjalanan ke Habitat Terakhir Badak Jawa

Kelima spesies badak tersebut ada 2 spesies yang hidup di Indonesia, Badak Jawa dan Badak Sumatera. Jumlah mereka pun tidak banyak. Jumlah Badak Jawa hanya sekitar 50-60 ekor. Sedangkan Badak Sumatera jumlahnya sedikit lebih banyak, sekitar 200 ekor.

Jumlah yang sangat rendah itu tentu saja mengkhawatirkan, terutama untuk Badak Jawa yang pertumbuhan populasinya sangat rendah, hanya 1% per tahun. Apalagi masa kehamilan badak sangat lama, sekitar 16-19 bulan. Ditambah lagi, setelah melahirkan badak betina membutuhkan 2-3 tahun untuk hamil kembali.

Menilik Paniis, Kampung Wisata nan Asri di Ujung Kulon

Karena itulah Badak Jawa yang mempunyai nama latin Rhinoceros Sondaicus, diklasifikasikan sebagai satwa yang sangat terancam (critically endangered) dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Tidak seperti Badak Sumatera yang tersebar di empat taman nasional, yaitu Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Lauser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Kerinci Seblat, Badak Jawa hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon.

Menelusuri Jejak Sang Megafauna Kharismatik

Terkonsentrasinya Badak Jawa di satu tempat menimbulkan kekhawatiran atas kelangsungan hidup hewan-hewan gagah, namun pemalu ini. Jika wabah penyakit menjangkiti mereka, populasi Badak Jawa bisa berkurang drastis. Lebih menakutkan lagi jika terjadi bencana alam seperti erupsi gunung berapi, gempa atau tsunami terjadi di habitat mereka, maka spesies Badak Jawa bisa langsung punah.

Untuk menghindari menurunnya populasi dan atau kepunahan Badak Jawa, WWF Indonesia, Balai Taman Nasional, Departemen Kehutanan, dan beberapa LSM lainnya berinisiatif untuk membuat rumah kedua untuk Badak bercula satu yang biasa disebut Javan Rhino.

Ada beberapa lokasi yang dipertimbangkan untuk dijadikan rumah kedua, yaitu Hutan Tutupan Baduy, Taman Nasional Halimun Gunung Salak, Cagar Alam Leuweng Sancang, dan Suaka Margasatwa Cikepuh.

Saya pribadi tidak mempermasalahkan di mana rumah kedua untuk sang Javan Rhino berada, asalkan rumah baru tersebut dipilih setelah mempertimbangkan kebutuhan dan kebiasaan hewan gagah berkulit abu-abu yang pemalu dan penyendiri ini. Seperti kebutuhan akan makanan.

Makanan merupakan kebutuhan utama semua mahluk hidup, maka rumah kedua bagi Badak Jawa harus bisa menyediakan makanan yang berlimpah. Dalam sehari badak bisa menghabiskan 50 kg makanan yang terdiri atas tunas, ranting, daun-daun muda, rumput, dan buah yang jatuh.

Dengan banyaknya makanan yang mereka konsumsi setiap hari, tidaklah mengejutkan jika sang Javan Rhino bertubuh besar. Badak Jawa dewasa mempunyai panjang 2-4 meter, tinggi mencapai 1,7 meter dan berat badan berkisar 900-2.300 kg. Sedangkan sepupu mereka, Badak Sumatera, mempunyai panjang 2-3 meter, tinggi hingga 1,5 meter dan berat berkisar 600-950 kg.

Selain ukuran tubuh yang kecil, Badak Sumatera mempunyai kulit berwarna coklat keabuan atau kemerahan yang ditumbuhi bulu lebat. Karena bulu lebat itulah Badak Sumatera disebut juga Badak Berambut (Hairy Rhino).

Walaupun secara fisik berbeda, kedua spesies badak itu mempunyai kebiasaan yang sama, menjelajah di siang hari sampai menemukan kolam atau kubangan air untuk berendam dan melumuri tubuh mereka dengan lumpur. Mereka melakukannya untuk menjaga suhu tubuh, juga untuk menghilangkan parasit yang menempel di kulit mereka.

Berendam meupakan salah satu kebutuhan dasar badak. Karena itulah, rumah kedua bagi badak harus berada di dekat sungai-sungai beraliran dangkal atau rawa-rawa dataran rendah. Lebih baik lagi jika berada dekat pesisir pantai, agar badak bisa dengan mudah meminum air laut untuk mendapatkan mineral dari garam yang sangat dibutuhkan tubuh mereka.

Selain dari air laut, badak bisa mendapatkan mineral yang dibutuhkannya dengan cara menjilat-jilat tanah atau lumpur, menjilat kulit pohon atau permukaaan daun, dan dengan cara mengulum batu atau kerikil. Sungguh cara yang unik untuk mendapatkan mineral yang mereka butuhkan.

Badak juga mempunyai kebiasaan unik lainnya, menggunakan tumpukan kotoran dan percikan urin untuk menandai wilayah kekuasaan mereka. Tujuannya agar badak lain tidak memasuki wilayah mereka, sehingga badak pemilik teritori, yang notabene merupakan hewan pemalu dan penyendiri, bisa hidup nyaman di wilayah pribadi mereka.

Badak jantan mempunyai wilayah teritori seluas 12-20 km2, sedangkan teritori badak betina lebih kecil, sekitar 314 km2. Karena setiap badak membutuhkan wilayah yang luas demi kenyamanan hidup mereka, maka rumah kedua bagi badak haruslah mempunyai wilayah yang luas. Apabila telah ditemukan habitat baru yang mempunyai wilayah luas, mampu menyediakan makanan yang berlimpah, serta berada di dekat aliran sungai, rawa atau laut, ada satu hal lagi yang harus dipastikan terpenuhi untuk membuat habitat baru tersebut menjadi rumah kedua yang nyaman untuk Badak, yaitu keamanan.

Keamanan tidak bisa didapatkan hanya dengan memasang kamera pengintai, pagar tinggi, atau petugas patroli. Diperlukan juga kesadaran dan peran serta masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar tempat konservasi untuk ikut serta memastikan keamanan dan kelangsungan hidup para Rhino.

Kesadaran masyarakat bisa ditumbuhkan dengan memberikan informasi tentang badak, misalnya melalui pemutaran film dokumenter, film animasi sederhana, pameran atau dengan cara lainnya. Menurut saya pribadi, sebuah animasi sederhana yang menggambarkan kehidupan keluarga kecil badak, bisa lebih menyentuh anak-anak, generasi yang nantinya diharapkan untuk melanjutkan usaha pelestarian Badak.

Dari film animasi tersebut, anak-anak bisa mengetahui apa saja kebutuhan dasar badak, kebiasaan mereka, apa saja yang bisa mengganggu dan membahayakan kelangsungan hidup mereka, serta apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga para rhino yang berharga bisa hidup dan berkembang biak dengan baik.

Apabila tempat konservasi baru, rumah kedua yang dipilih telah memenuhi empat kriteria, yaitu: mampu menyediakan makanan yang berlimpah, mempunyai sungai beraliran dangkal, rawa dataran rendah atau laut, mempunyai wilayah yang luas, dan Aman, bisa dipastikan para Javan Rhino akan hidup nyaman di habitat baru mereka.

Dengan kenyamanan rumah kedua, kita bisa mengharapkan usia para Javan Rhino mendekati panjang usia normal di alam bebas, yaitu 35-40 tahun. Semakin panjang usia para Javan Rhino, semakin besar kemungkinan lahirnya rhino-rhino kecil. Dengan demikian angka populasi Javan Rhino akan meningkat dan kelestarian Javan Rhino bisa dijaga. (Cerita ini dikirim oleh Mariann3)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya