Si Pemalu yang Butuh Rumah Baru

Badak Jawa
Sumber :
  • U-Report
VIVA.co.id
Edu House Rayakan Harlah ke-8
- Badak adalah salah satu hewan yang terancam punah. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi ancaman untuk populasi hewan ini. Di antaranya adalah perburuan liar yang dilakukan oleh manusia untuk diambil culanya, meningkatnya aktivitas manusia di sekitar habitat badak, berkurangnya keragaman genetis akibat lemahnya kemampuan beberapa spesies badak dalam menghadapi wabah penyakit dan bencana alam, kompetisi pakan dan ruang dengan banteng yang menghuni hutan dan habitat yang sama, serta hilangnya habitat asli badak akibat degradasi dan deforestasi hutan untuk kepentingan manusia.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Dari lima jenis badak yang ada di dunia, terdapat dua jenis badak yang ada di Indonesia, yaitu Badak Jawa (Rhinocheros Sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis). Habitat Badak Jawa adalah di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Banten.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Sedangkan habitat Badak Sumatera adalah di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), yang berada di perbatasan Nanggroe Aceh Darussalam dengan Sumatera Utara. Badak Sumatera memiliki dua cula, sedangkan Badak Jawa hanya memiliki satu cula. Persyaratan tempat tinggal dan perawatan Badak Jawa juga lebih kompleks daripada Badak Sumatera.

Badak Jawa adalah satwa terlangka di dunia. Spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN. Menurut Dr. Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia, kondisi habitat Badak Jawa di TNUK sangat rentan oleh bencana alam, karena lokasinya yang dekat Gunung Krakatau. Jika suatu saat meletus dan menghancurkan habitat Badak Jawa, maka kita akan kehilangan salah satu aset keanekaragaman hayati Indonesia.

Berdasarkan pengamatan WWF tahun 2011 terhadap ukuran wilayah jelajah dan kondisi habitat, Ujung Kulon diperkirakan memiliki daya dukung bagi 50 individu badak. Hanya saja, populasi yang stagnan menandakan batas daya dukung sudah dicapai.

Karena alasan tersebut serta upaya preventif menghindarkan populasi badak dari ancaman penyakit dan bencana alam, para ahli merekomendasikan adanya habitat kedua bagi Badak Jawa. Beberapa lokasi yang menjadi pertimbangan adalah: Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun–Salak, Cagar Alam Sancang dan Cikepuh.

Rumah baru yang nyaman untuk badak adalah habitat yang memiliki karakteristik yang mirip dengan habitat asli dan sifat dari badak itu sendiri. Badak Jawa misalnya, sangat menyukai daerah rimbun semak dan perdu yang rapat. Badak Jawa memakan daun-daunan, tunas tumbuhan, buah yang jatuh, ranting, dan berbagai jenis tanaman lainnya.

Badak senang makan di daerah hutan sekunder di mana terdapat sumber makanan yang tumbuh rendah, sehingga badak dapat dengan mudah menjangkaunya dengan cula. Seekor badak mampu menghabiskan sekitar 50 kilogram makanan setiap harinya. Oleh karena itu, habitat baru badak juga harus memiliki kecukupan air dan makanan.

Berkubang di lumpur juga menjadi sifat umum yang dimiliki badak untuk melindungi suhu tubuh dan menghindarkan diri dari parasit. Habitat kedua badak nantinya harus dibuatkan kubangan lumpur buatan. Terutama Badak Jawa, tidak suka menggali kubangan lumpur sendiri. Badak lebih menyukai kubangan yang ditinggalkan binatang lain, kemudian menggunakan culanya untuk memperbesar kubangan tersebut.

Badak mempunyai sifat yang tenang dan pemalu. Habitat baru badak sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk, karena dikhawatirkan badak akan merasa terganggu dengan aktivitas penduduk. Badak Jawa pada umumnya menjauhi manusia, namun badak akan menyerang manusia bila merasa keberadaannya terancam.

Selain itu, habitat kedua badak nantinya juga harus dilengkapi dengan kamera yang memungkinkan peneliti dapat terus mengamati perubahan tingkah laku badak serta risiko dan wabah penyakit yang akan mengancam kelangsungan hidup sang badak.

Selain peran aktif dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan aktivis, dibutuhkan pula peran aktif dari kita, sebagai penduduk bumi, untuk menjaga kelestarian hewan yang diyakini ada sejak 65-70 juta tahun yang lalu ini.

Beberapa peran sederhana yang dapat kita lakukan untuk tetap menjaga kelestarian badak adalah dengan tidak membeli obat tradisional berbahan dasar cula badak, tidak melakukan perburuan badak, dan tidak merusak hutan yang menjadi habitat badak.

Kita juga dapat melakukan kontribusi lainnya untuk menyelamatkan badak dari kepunahan, dengan cara menggiatkan penanaman sejuta pohon, memberikan donasi sebagai upaya mendukung konservasi badak, serta masih banyak yang lainnya. 

Bencana memang tidak bisa dihindari, namun perilaku manusia masih bisa dibenahi. Kesadaran cinta akan alam dan makhluk lainnya masih belum terlambat ditumbuhkan, karena manfaatnya juga untuk masa yang akan datang. (Cerita ini dikirim oleh Yelvesi Febriyari, Jambi

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya