Jauhkan dari Gunung Aktif dan Pemburu Badak

Taman Nasional Ujung Kulon
Sumber :
  • Dok. Ardha Prasetya

VIVA.co.id - Badak Jawa (Rhinocerus Sondaicus) merupakan spesies yang paling langka di antara lima spesies badak yang ada di dunia. Dalam data yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), Badak Jawa dikategorikan sebagai critically endangered atau terancam punah dan mendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ancaman kepunahan. 

Edu House Rayakan Harlah ke-8
Oleh karena itu, Badak Jawa perlu dijaga kelestarian dan habitatnya yang berada di Kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon, dikarenakan populasinya yang semakin sedikit yaitu 57 ekor. Tetapi kemarin WWF Indonesia baru saja menemukan 3 anak badak baru yang tertangkap camera trap yang dipasang di sejumlah titik di Kawasan Konservasi Ujung Kulon dan sekarang jumlah Badak Jawa bertambah menjadi 60 ekor Badak. 

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq
Ini berarti populasi Badak Jawa bertambah sedikit demi sedikit, maka dari itu diperlukan kerja sama dari masyarakat, pemerintah, intansi, Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan WWF Indonesia untuk bersama-sama menjaga kelestarian serta mencari habitat kedua untuk Badak Jawa. 

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Apalagi sekarang kondisi Badak Jawa yang sangat terancam habitatnya di Ujung Kulon dikarenakan kawasan semenanjung Ujung Kulon sangat dekat dengan Anak Gunung Krakatau yang masi aktif, hal ini menyebabkan apabila sewaktu-waktu Anak dari Gunung Krakatau ini meletus akan mengakibatkan seluruh semanjung Ujung Kulon tenggelam oleh air laut, maka dari itu perlu dicari solusi untuk second habitat dari Badak Jawa ini sendiri agar Badak Jawa tetap ada dan tidak punah. 

“Jangan pernah menaruh telur dalam satu keranjang untuk memperkecil pecahnya telur dalam waktu bersamaan” 

Nah, WWF Indonesia sendiri berserta Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan beberapa instansi sudah melakukan kajian calon habitat kedua untuk Badak Jawa, yaitu terdapat 4 habitat, di antaranya ; GunungHonje, Gunung Halimun, Masigit Kareumbi, dan Leuweung Sancang.

Namun, hingga saat ini lokasi habitat kedua belum ditetapkan dan masih perlu kesepakatan dari para ahli dan metode dalam mencari habitat kedua. Untuk mencari habitat kedua agar Badak Jawa merasa baik dan nyaman dengan rumah baru dan habitat mereka, hal yang harus di perhatikan dan siapkan diantaranya adalah: 

1. Menyiapkan sumber pakan yang baik. Badak Jawa adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivora), makanan yang disukai Badak Jawa adalah dedaun-daunan muda, tetapi di Taman Nasional Ujung Kulon terdapat banyak tanaman langkap yang mengakibatkan terjadinya degradasi habitat Badak Jawa.

Tanaman langkap ini menghambat pertumbuhan pakan badak di sekitarnya. Apabila hal ini dibiarkan bisa menyebakan berkurangnya pertumbuhan pohon pakan jenis tumbuhan lainnya sehingga mengakibatkan daya dukung habitat Badak Jawa semakin berkurang, maka hal ini yang harus di perhatikan dan di persiapkan dalam hal pakan untuk Badak Jawa. 

2. Jauh dari Gunung Aktif. Gunung aktif merupakan ancaman yang sangat serius di samping ancaman lain seperti pemburu. Apabila gunung anak Krakatau sewaktu-waktu meletus akan mengakibatkan kawasan Ujung Kulon ini akan tenggelam oleh air laut dan menyebabkan Badak Jawa juga ikut tenggelam. 

3. Jauh dari penyebaran penyakit menular oleh hewan sekitar, ancaman untuk Badak Jawa juga datang dari penyebaran penyakit yang dibawa oleh hewan lain, seperti kerbau yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang membawa penyakit antraks yang dapat menular kepada hewan lain dan ini merupakan ancaman untuk populasi Badak Jawa. 

4. Jauh dari Perburuan liar. Perburuan liar merupakan ancaman yang sangat serius untuk populasi dan rumah Badak Jawa. Oleh karena itu, pemerintah, instansi terkait, Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan juga masyarakat sekitar harus saling bersinergi dan bekerjasama untuk menjaga dan melindungi Badak Jawa dari perburuan liar.

Dengan adanya sumber pakan yang cukup, jauh dari gunung aktif, penyebaran penyakit dan perburuan liar diharapkan Badak Jawa nyaman dengan hutan yang menjadi rumah mereka atau pun yang menjadi second habitat, dan dengan konservasi yang dilakukan, diharapkan populasi Badak Jawa akan terus bertambah dan berkembang, agar Badak Jawa tidak punah dan terjaga kelestariannya. 

“Tidak ada Badak, tidak Bagus” (Cerita ini dikirim oleh Muhammad Azhari Lubis, Depok, Jawa Barat)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" 

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya