Badakku Sayang, Badakku Nyaman

Badak Jawa
Sumber :
  • Cerita Anda

VIVA.co.id - “Lebih baik di sini, rumah kita sendiri, segala nikmat dan anugerah yang kuasa. Semuanya ada di sini. Rumah kita!” Itulah sepenggal bait lirik lagu ‘Rumah Kita’ yang dipopulerkan oleh Achmad Albar. Yang menggambarkan nikmat dan anugerah yang kuasa berasal dari rumah tempat tinggal kita sendiri. Begitu juga dengan hewan, mereka juga punya rumah tempat tinggal. Rumah yang terdiri dari pohon-pohon tanpa lukisan  beralaskan tanah, hanya alang-alang dan rumput yang menghiasi. Namun, di situlah tempat  yang nyaman untuk flora dan fauna berkembang biak membentuk komunitasnya. 

Mari kita mengenal satwa ini sebab bila kita tidak mengenalnya, maka kita tidak akan sayang padanya, ”tak kenal maka tak sayang”. Hewan yang satu ini adalah hewan mamalia, hewan herbivora dan hewan yang dilindungi di dunia. Hewan endemik Indonesia. Kulitnya tebal seperti mosaik. Mirip hewan purbakala. Dia adalah badak. Hewan langka yang hampir punah hanya tinggal 5 spesies saja di dunia. Dua di antaranya berada di Indonesia, yaitu Badak Sumatera dan Badak Jawa.

Mari kita mengenal lebih jauh ciri-ciri satwa langka dunia ini yang terdapat di Indonesia. Pertama adalah Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis). Jenis badak terkecil didunia, mempunyai bulu yang banyak, dan bercula dua, panjang culanya bekisar 25 hingga 80 cm sedangkan cula belakangnya lebih pendek berkisar 10 cm.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Panjang tubuhnya bekisar 250 hingga 300 cm. Dengan tinggi 120-145 cm. Berat badan Badak Sumatera dewasa diperkirakan berkisar 500 hingga 800 kg. Dengan ketebalan kulitnya antara 10 dan 16 mm. Hidup dihutan rawa dataran rendah, hingga hutan perbukitan, sangat menyukai hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. Penjelajah serta pemakan buah, daun-daunan, ranting kecil, dan kulit kayu.

Hidup di hutan dengan kelompok kecil, mereka umumnya hidup menyendiri (soliter). Fauna Sumatera ini dilindungi, hidup di beberapa taman nasional di Pulau Sumatera, di Taman Nasional Gunung Lauser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas di Lampung dan Taman Nasional Kerinci Seblat Bengkulu. Populasi hewan langka ini lebih kurang 300 ekor. Dalam klasifikasi satwa krisis (Critically Endagered) dan daftar merah IUCN (International Union For the Conservation of Nature).

Kedua adalah Badak Jawa (Rhinocheros Sondaicus). Termasuk juga hewan langka yang hampir punah. Memiliki satu cula. Cula yang terkecil dari semua badak di dunia, terbentuk dari keratin dengan panjang 20 sampai 27 cm. Kulitnya sedikit berbulu berwarna abu-abu kecoklatan membungkus pundak punggung dan pantat.

Kulitnya seperti mosaik mirip perisai baju baja. Dengan ketebalan kulit bekisar 1,5 hingga 5 cm  terbentuk dari lapisan kolagen. Memiliki indera pendengaran dan penciuman yang  sangat tajam, tetapi tidak dapat melihat jauh. Bobot tubuhnya dapat mencapai lebih dari 2.300 kg. Serta, memiliki panjang tubuh bekisar 3,1 hingga 3,2 m. tingginya 1,4 - 1,7 m. Ia membutuhkan makanan hingga 50 kg perhari. Usia  hidupnya dapat melebihi 40 sampai 45 tahun.

Hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tidur di kerimbunan daun alang-alang yang lebat. Menyukai daerah sungai, dataran banjir besar, daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Lumpur bertujuan menjaga kelembapan suhu tubuhnya dan membantu mencegah penyakit serta menghindari parasit yang menempel dikulitnya. Hewan yang tenang dan akan berkerumun dengan kelompok kecil. Ia membutuhkan garam sebagai nutrisi untuk ketahanan tubuhnya.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Setelah kita mengetahui ciri-ciri hewan tersebut cara berperilaku serta beradaptasi dengan alam setempat. Maka, hasil analis saya yang seksama dan mempelajari berbagai referensi buku mengenai bangaimana rumah ternyaman buat tempat tinggal hewan tersebut,  maka pilihan saya, yang cocok  jatuh pada Taman Nasional Ujung Kulon.

Sedangkan rumah tempat tinggal Badak Sumatera yang nyaman bagi kelangsungan hidupnya pilihan saya jatuh pada tempat Taman Nasional Gunung Lauser, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Kerinci Seblat Bengkulu, serta Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kehidupan mereka sudah berlangsung lama disana dan akan terus terjaga  di  taman nasional tadi. Belum lama ini  Badak Sumatera ada di temukan di pulau Kalimantan Timur oleh tim monitoring WWF-Indonesia (Word Wildlife Fund) organisasi konservasi alam Indonesia.

Taman Nasional  Ujung Kulon (TNUK) merupakan rumah tinggal  yang paling nyaman bagi habitat populasi Badak Jawa di dunia. Mengapa saya katakan tempat tinggal terbaik dan ternyaman bagi Badak Jawa? Sebab Unesco (United Nation Educational,Sceintific and Cultural Organization) merupakan badan khusus PBB dibidang pendidikan  ilmu pengetahuan dan budaya telah menetapkan di tahun 1992. Taman Nasional Ujung Kulon dan cagar alam Krakatau sebagai situs warisan dunia (World Heritage) karena memiliki nilai Ekologi dan sumber kekayaan alam yang tinggi sangat cocok untuk kelangsungan populasi Badak Jawa.

Untuk kita ketahui, mengapa kawasan tadi sangat potensial bagi kelangsungan Hidup Badak Jawa? Sebab, Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas wilayah 122.956 ha. Terbagi dari luas lautan seluas 44.337 ha. Dimulai dari Tanjung Kulon sampai dengan Samudera Hindia. Habitat Badak Jawa hanya mendiami luas wilayah semenanjung ± 38.000 Ha. 

Memiliki hutan dataran rendah, rumput tinggi, rumput alang-alang serta sungai dan curah hujan yang tinggi memiliki daerah basah dengan banyak kubangan lumpur, serta wilayah lautnya menghasilkan garam untuk minuman sebagai nutrisi bagi badak, serta banyak tersedia pakan alami yang tumbuh di sana, sehingga membuat Badak Jawa nyaman hidup di habitat aslinya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Setelah saya jatuhkan pilihan  bahwa Badak Jawa itu nyaman tinggal di Taman Nasional Ujung Kulon. Kemudian, saya cari faktor-faktor apa saja  penyebab yang mempengaruhi mengapa populasi badak tersebut menurun di sana. Di tahun 2015  hewan ini berjumlah lebih kurang 60 ekor yang  hidup di Taman Nasional Ujung Kulon.

Saya mengambil kesimpulan penyebab badak tersebut lamban berkembang biak walaupun telah mendiami hutan yang strategis yang sangat cocok dan nyaman baginya. Namun, ada faktor-faktor lain yang mengganggu serta mempengaruhi kenyamanan hidupnya, untuk mengantisipasi hal-hal yang terjadi tersebut, seperti:

1. Pembakaran hutan dan pengrusakan lingkungan, penebangan liar oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Pencemaran lingkungan dan krisis lingkungan global yang mengancam habitat satwa tersebut. Masalah ini dapat diatasi dengan melibatkan tim monitoring dan patroli terlatih (Rhino Protection Unit), Polisi hutan serta pasukan patroli YABI (Yayasan Badak Indonesia) yang terlatih.

Untuk selalu mewaspadai, dan melakukan antisipasi pencegahan serta memperkuat penjagaan di daerah yang dianggap rawan dan lemah pengawasannya. Bila perlu libatkan juga pemerhati lingkungan, masyarakat luas  penduduk lokal dan organisasi konservasi serta LSM untuk bahu membahu mengamankannya. Sudah menjadi kewajiban dan tangung jawab kita semua untuk menjaga dan melestarikan badak dari kepunahan.

2. Konversi lahan menjadi area pertanian atau deforestasi dapat diatasi dengan pemerintah harus tegas dan memberikan tindakan hukum yang tegas apabila ada masyarakat yang mencoba membuka lahan baru di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan lahan batas wilayah area konservasi yang dikuasai oleh pemerintah sebab dahulunya masyarakat yang berdekatan dengan kawasan tersebut telah diberikan konvensasi ganti rugi untuk pembebasan lahan mereka.

3. Maraknya perburuan badak untuk diambil culanya dan dijual dengan harga tinggi dapat diantisipasi dengan melibatkan seluruh element pencinta lingkungan serta LSM, polisi hutan, pasukan patroli YABI tim Monitoring, pengelola taman nasional berperan aktif melindungi dan menjaga kawasan TNUK. Fakta membuktikan sejak tahun 1990 tidak diketemukan lagi adanya laporan insiden perburuan cula badak hingga saat ini.

 4. Adanya kompetisi ruang antara badak dengan banteng (Bos Javanicus) untuk memperebutkan sumber makanan merupakan ancaman utama bagi keberlangsungan hidup Badak Jawa. Solusinya adalah, apabila berkurangnya pakan makanan diakibatkan oleh tumbuhan langkap arenga obtusifolia dapat dibasmi dengan gerakan membasmi tumbuhan tersebut secara bersama-sama. Bila perlu, sebagian banteng dipindahkan kekawasan hutan lainnya.

5. Adanya tumbuhan dominan seperti Arenga Obtusifolia sejenis pohon Aren yang populasinya cepat berkembang mengakibatkan tumbuhan ini menghalangi jatuhnya sinar matahari kebagian tanah bawah dan telah menginvasi 30 % dari luas semenanjung ujung kulon sehingga membatasi ruang tumbuh dan berkembangnya tanaman pakan yang digemari badak dapat diatasi dengan aksi cepat gerakan membasmi tumbuhan Arenga Obtusifola yang melibatkan aktivitis lingkungan, LSM serta semua lapisan masyarakat yang bertujuan dan mempunyai kepentingan bersama menebangnya dimanapun ditemui tumbuhan tadi dilokasi TNUK. 

Para peneliti dan ilmuwan dapat melakukan penelitian membantu memecahkan masalah tersebut mencari solusi terbaik agar tumbuhan langkap tadi dapat musnah tanpak membuat efek samping pada satwa di dalamnya serta kerusakan ekosistim di dalamnya.

6. Perkembangbiakan badak yang lambat melahirkan satu dalam interval waktu 4-5 tahun. Untuk mengatasi problem di atas. Agar populasi Badak Jawa meningkat drastis para peneliti dan pakar genetika hewan dapat mempelajari perilaku biologis, siklus kawin dan kapan anakan badak memisahkan diri dari induknya dan memberikan sumbangsih terbaik dibidang pengetahuan melalui penelitian agar badak dapat dikembang biakan dengan mudah sama halnya dengan hewan ternak lainnya.

Saran dari saya adalah perlunya campur tangan manusia dalam hal mengembang biakkan badak  di luar habitat aslinya secara efektif adalah dengan cara melakukan inseminasi buatan (kawin suntik) terhadap Badak Jawa. Mudah-mudahan solusi tersebut dapat  memecahkan  permasalahan  dalam  perkembangbiakan badak tadi.

7. Datangnya tsunami, bencana alam dan gempa bumi, serta letusan gunung anak Krakatau yang sulit diprediksi, wabah  penyakit yang menular dapat membuat habitat badak  yang terkumpul disatu kawasan utama tersebut menjadi punah. Untuk mengatasi upaya penyelamataan atau mitigasi yang tepat  adalah mengusulkan, pembuatan rumah kedua yang nyaman seperti habitat aslinya di alam. Tempat yang sesuai dan cocok adalah di Taman Nasional Halimun Gunung Salak Jawa Barat.

WWF-Indonesia organisasi konservasi alam mengindentifikasikannya sebagai rumah kedua bagi Badak Jawa yang cocok aman dan menyerupai kehidupan di TNUK yang dulunya juga merupakan habitat tempat tinggal Badak Jawa apabila disetujui oleh pemerintah melalui departemen kehutanan maka badak yang sehat dan memenuhi kriteria dari Ujung Kulon akan dipindah sebagian ke wilayah baru, mudah-mudahan habitat badak baru ini akan berkembang dan menjamin kesinambungan populasi Badak Jawa di dua tempat berbeda..  

Dengan adanya pencegahan dan antisipasi yang tepat, niscaya Badak Jawa akan aman dan nyaman serta lestari kelangsungan habitatnya di hutan, dan tidak akan punah dari muka bumi pertiwi ini. Apalagi di temukannya pada tahun 2007,  4 (empat) bayi Badak Jawa yang berumur 4-6 bulan berserta induknya yang berhasil diabadikan oleh tim WWF melalui kamera jebak (Trap Kamera) merupakan kabar mengembirakan karena membuktikan adanya kelahiran badak baru di Taman Nasional Ujung Kulon.

Agar dapat seperti judul tulisan di atas menjadikan “Badakku Sayang, Badakku Nyaman” dan tidak akan punah dari muka bumi ini, harus kita lakukan langkah konkrit, kerja keras, niat sungguh-sungguh demi kelangsungan habitatnya di alam bebas (hutannya). Saya yakin dan optimistis, kelestarian hewan milik Indonesia ini akan terus terjaga selamanya.

Untuk itu, diperlukan juga edukasi bagi seluruh pelajar dan masyarakat di Indonesia agar menumbuhkan kecintaan terhadap satwa badak. Peran duta-duta badak menyadarkan dan melarang serta menyuarakan anti perburuan badak.

Saya yakin Badak Jawa dan Badak Sumatera akan terus  bekembang biak serta menjadikan salah satu ikon margaswatwa yang dikenal diseluruh dunia. Mari kita lestarikan hewan langka kebanggaan Indonesia ini jangan tunda-tunda lagi. Selamat Hari Badak Internasional jadikan badak menjadi “Badakku Sayang, Badakku Nyaman”. (Cerita ini dikirim oleh Frans Pakpahan, Medan)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya