Seribu Pasar Ramadan di Samarinda

Pedagang Kue
Sumber :
  • U-Report

VIVAnews - Pesona kota yang dibelah Sungai Mahakam sepanjang 920 km ini semakin termasyhur saat Ramadan. Seribu pasar saat Ramadan menghiasi pusat kota hingga ke seluruh pelosok jalan dan gang. Tak heran bila Samarinda yang memiliki luas 718,800 km persegi ini layak mendapat julukan kota Seribu Pasar Ramadan.

KPU Tetapkan Dua Caleg PDIP dari Dapil Jakarta 10 Melenggang ke DPRD DKI

Pasar yang dibuka sejak hari pertama hingga akhir Ramadan kian ramai saat sore menjelang waktu berbuka. Berbagai kue tradisional, lauk pauk, sayur, aneka minuman segar, beragam gorengan, buah-buahan, dan kurma tersedia di sana.

Amparan tatak adalah salah satu kue khas suku Banjar yang berwarna putih terbuat dari tepung beras, santan, telur, gula, dan pisang yang dikukus hanya dijumpai saat Ramadan. Selain itu, ada kue yang juga selalu diburu, yakni sari pengantin, bingka kentang, dan puding telur yang legit. Hampir sama seperti amparan tatak, namun sari pengantin terdiri atas lapisan pandan berwarna hijau dan lapisan kuning.

Kelebihan Pakai Essential Oil, Hadirkan Kekuatan Alam dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebenarnya kue yang dijual tersebut bukanlah asli Samarinda, penduduk ibu kota provinsi Kalimantan Timur tersebut terdiri atas beragam suku bangsa, seperti Banjar, Kutai, Jawa, Bugis, dan Dayak. Jumlahnya yang heterogen mengusung beragam jenis makanan dari berbagai suku tersebut membuat wisata kuliner di Samarinda menjadi kian beragam.

Bolu pecak dan pisang ijo kue khas suku Bugis bisa menjadi menu pilihan saat berbuka. Ada urap, pecel, tahu, dan tempe bacem hingga gudeg makanan khas pulau Jawa tersaji menggugah selera. Beragam ikan sungai dan laut bakar dengan sambal jeruk serta lalapan adalah lauk yang nikmat pelengkap berbuka.

Pria Tanpa Identitas Tewas di Tol Dalam Kota, Diduga Tertabrak saat Menyeberang

Serta masih ada soto Banjar, coto Makassar, pempek Palembang, nasi Padang, serta sayur asam Kutai yang tak kalah segar.

Pastikan kita membuat daftar menu masakan yang akan dibeli dan membawa uang secukupnya sebelum berbelanja. Harga makanan di daerah tersebut lebih mahal bila dibandingkan dengan harga-harga di pulau Jawa, hal ini sesuai dengan tingginya biaya hidup di Samarinda.

Meski demikian, pasar ini tak pernah sepi pengunjung, setiap warga sangat menikmati beragam masakan yang dijual di sana.

Wisata kuliner selama Ramadan selalu menyenangkan, karena kenikmatan masakan yang dijual benar-benar memanjakan lidah. Warga tak keberatan bila harus merogoh kocek lebih dalam, karena pasar ini hanya ada setahun sekali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya