- VIVAnews/Riefki Farandika Pratama
VIVAnews - Tradisi Pesta Baratan dilaksanakan setiap tanggal 15 Syaaban (kalender Komariyah) atau 15 Ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan dengan malam Nisfu Syaaban. Kegiatan dipusatkan di Masjid Al Makmur Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan.
Ritualnya sederhana, yaitu setelah shalat maghrib, umat Islam desa setempat tidak langsung pulang. Mereka tetap berada di masjid atau mushola untuk berdoa bersama. Surat Yasin dibaca tiga kali secara bersama-sama dilanjutkan shalat isya berjamaah.
Kemudian memanjatkan doa Nisfu Syaaban dipimpin ulama atau kiai setempat, setelah itu makan (bancaan) nasi puli dan melepas arak-arakan dengan menyalakan lilin atau obor di depan rumah, dan anak muda membawa obor mengelilingi kampung, karena dahulu belum ada listrik, dan juga karena Nisfu Syaaban merupakan penutupan buku catatan amal umat Islam maka dinyalakan obor di depan rumah dan membawa obor keliling kampung.
Harapannya catatan amal warga sekampung diharapkan terang alias baik. Di dalam arak-arakan, ada aksi theatrikal yang dilaksanakan seniman setempat, selebihnya diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dewasa maupun anak-anak.
Ribuan orang dengan membawa lampion bergerak dari halaman masjid Al Makmur Desa Kriyan dengan mengarak simbol Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadirin menuju pusat Kecamatan. Mereka meneriakkan yel-yel ritmis : tong tong ji’ tong jeder, pak kaji nabuh jeder, dan sebagian lainnya melantunkan shalawat Nabi.
Dari sisi agama, tradisi ini dianggap sebagai ritual penyucian diri bagi umat Islam, apalagi pelaksanaannya menjelang puasa bulan Ramadan. Selain itu, tradisi ini menggambarkan semangat dan optimisme dalam menjalani hidup, disamping keteguhan dalam menghadapi berbagai cobaan.